
Pada tahun 1997, seorang pengusaha bernama Marc Randolph terinspirasi oleh kesuksesan Amazon. Randolph lalu mengajak dan mengajukan ide bisnis secara digital kepada rekannya, Reed Hastings. Ia ingin berjualan berbagai produk seperti papan selancar hingga sampo secara online, tetapi Hastings tidak setuju.
Suatu hari, Randolph mendengar prediksi bahwa DVD akan menggantikan kaset VHS. Ide itu memicu gagasan untuk menyewakan DVD melalui pos. Reed Hastings pun ikut penasaran dan bersama-sama menguji konsepnya dengan cara mengirim DVD ke alamat mereka sendiri. Ketika paket itu tiba dalam kondisi baik, mereka yakin bisnis ini bisa berjalan.
Pada 29 Agustus 1997, akhirnya Reed Hastings dan Marc Randolph mendirikan Netflix di Scotts Valley, California. Awalnya, perusahaan ini hanya menawarkan layanan penyewaan DVD via pos tanpa denda keterlambatan. Hal itu menjadi inovasi besar yang membedakannya dari toko rental seperti Blockbuster.
Bisnis tersebut pun sukses dan Netflix semakin berkembang. Pada 14 April 1998, Netflix meluncurkan situs web dengan koleksi 925 judul DVD menggunakan model bayar per sewa. Setahun kemudian, mereka memperkenalkan langganan bulanan tanpa batas, sehingga memungkinkan pelanggan dapat menyewa DVD sebanyak-banyaknya dengan biaya tetap.
Di tahun 2000, masih berbentuk bisnis sewa DVD, Netflix memperkenalkan sistem rekomendasi film berdasarkan penilaian pengguna yang meningkatkan pengalaman personalisasi. Namun, Marc Randolph memutuskan keluar dari perusahaan pada 2003 setelah beberapa masalah, termasuk kesepakatan yang gagal dengan Sony.
Reed Hastings pun mengambil alih kepemimpinan sebagai CEO dan berhasil membuat Netflix terus berkembang. Pada 2002, perusahaan ini go public di NASDAQ dengan harga saham $15 per lembar. Jumlah pelanggannya mencapai 1 juta di tahun 2003 dan terus melonjak menjadi 5 juta di tahun 2006.
Perubahan besar terjadi pada 2007 ketika Netflix meluncurkan layanan streaming. Dengan adanya terobosan ini, banyak orang menjadi lebih mudah dalam menonton film di layar kaya tanpa perlu menyewa DVD. Inovasi ini bahkan menggeser fokus dari DVD ke konten digital dan mengubah industri hiburan untuk selamanya.
Pada 2013, Netflix mulai memproduksi konten orisinal dengan merilis "House of Cards", yang sukses secara global. Kesuksesan itu diikuti oleh serial seperti Stranger Things, The Crown, dan Squid Game, yang memperkuat posisinya sebagai produsen konten populer.
Ekspansi besar-besaran terjadi pada 2016 ketika Netflix telah tersedia di 130 negara sekaligus, kemudian meluas ke lebih dari 190 negara. Pada 2021, jumlah pelanggannya sudah mencapai 209 juta.
Namun, di 2022, Netflix mengalami penurunan pelanggan pertama dalam lebih dari satu dekade. Mereka kehilangan 200.000 pelanggan dan diprediksi banyak penyalahgunaan akun berlangganan. Namun, Netflix melakukan perbaikan di berbagai sisi.
Baca Juga: 14 Tahun Bekerja di CFC, Irwan Barudi Sukses Dirikan Ratusan Gerai Ayam Geprek Sa’i dan Haji Chicken
Baca Juga: Awal Mula Berdirinya Cinema XXI hingga Sukses Kuasai Pasar Bioskop Indonesia
Netflix pun bisa kembali bangkit. Di tahun 2024, pendapatan Netflix mencapai $39 miliar, naik 15,7% dari tahun sebelumnya. Hingga Januari 2025, jumlah pelanggannya mencapai 301,6 juta dan mempertahankan posisinya sebagai pemimpin industri streaming.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement