Kredit Perbankan Tembus Rp7.825 Triliun di Februari, Tumbuh 10,3%

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat pertumbuhan kredit perbankan tetap mencetak dua digit. Pada Februari 2025, total kredit mencapai Rp7.825 triliun atau tumbuh 10,3% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, menyampaikan bahwa intermediasi perbankan relatif stabil dengan profil risiko yang terjaga.
“Pertumbuhan kredit tetap melanjutkan double digit growth, yaitu sebesar 10,3% yoy, naik dari 10,27% pada Januari. Kredit mencapai Rp7.825 triliun,” ujar Dian dalam Rapat Dewan Komisioner Bulan Maret 2025 di Jakarta, Jumat (11/4/2025).
Baca Juga: OJK Sebut Target Aset Perbankan Dalam RPJMN 2025 Sangat Menantang, Begini Strateginya
Berdasarkan jenis penggunaan, kredit investasi mencatatkan pertumbuhan tertinggi sebesar 14,62%. Disusul oleh kredit konsumsi yang naik 10,31%, sementara kredit modal kerja hanya tumbuh 7,66%.
Dari sisi kepemilikan, Bank BUMN menjadi motor utama pertumbuhan dengan laju 10,93% yoy. Sementara berdasarkan kategori debitur, kredit korporasi melonjak 15,95%, sedangkan kredit UMKM hanya naik 2,51%.
Likuiditas perbankan juga masih terjaga. Rasio alat likuid terhadap non-core deposit (AL/NCD) tercatat sebesar 116,76%, dan rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga (AL/DPK) sebesar 26,35%. Keduanya jauh di atas ambang batas masing-masing 50% dan 10%. Adapun liquidity coverage ratio (LCR) berada di level 210,14%.
Baca Juga: OJK Dorong Peran Perbankan Daerah dalam Pertumbuhan Ekonomi RI
Namun, rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) gross naik tipis dari 2,18% pada Januari menjadi 2,22% di Februari. Meski begitu, jika dibandingkan Februari 2024, rasio ini turun 13 basis poin dari 2,35%.
NPL net juga sedikit naik dari 0,79% menjadi 0,81%. Sementara loan at risk (LAR) tercatat sebesar 9,77%, naik dari Januari yang sebesar 9,72%, namun turun signifikan dibanding Februari 2024 yang mencapai 11,56%.
“Rasio LAR saat ini juga sudah lebih baik dibandingkan level sebelum pandemi, yakni 9,93% pada Desember 2019,” ungkap Dian.
Ia memastikan ketahanan perbankan tetap kuat. Hal ini tercermin dari rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio(CAR) yang bertahan tinggi di level 26,98%, sedikit turun dari posisi Januari sebesar 27,01%.
“Ini menjadi bantalan mitigasi risiko yang kuat di tengah kondisi ketidakpastian global saat ini,” pungkas Dian.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Cita Auliana
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait:
Advertisement