Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Siap Hadapi Dampak Tarif Trump, RI Akan Kedepankan Strategi Ini

Siap Hadapi Dampak Tarif Trump, RI Akan Kedepankan Strategi Ini Kredit Foto: Biro Humas Kemendag
Warta Ekonomi, Jakarta -

Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Dyah Roro Esti Widya Putri menyampaikan pidato kunci dalam “Public Forum: Regional Response to Trump 2.0” yang diselenggarakan Pusat Studi Strategis dan Internasional (Centre for Strategic and International Studies/CSIS) Indonesia di Auditorium CSIS, Pakarti Center Building, Jakarta, Kamis, (10/4/2025).

Dalam forum tersebut, Wamendag Roro menegaskan kesiapan Indonesia dalam menghadapi dampak kebijakan perdagangan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Baca Juga: APBI Nilai Kebijakan Batu Bara Trump Tak Ganggu Ekspor Indonesia

Ia mengatakan Indonesia akan mengedepankan strategi diplomasi perdagangan, mempererat solidaritas regional ASEAN, dan mempercepat diversifikasi pasar ekspor merespons kebijakan tarif resiprokal (timbal balik) yang diterapkan AS.

“Menanggapi kebijakan tarif tersebut, Presiden RI Prabowo Subianto telah menginstruksikan kabinetnya untuk bergerak maju dengan beberapa strategi. Strategi tersebut meliputi diplomasi, solidaritas regional, dan diversifikasi jangka panjang. Indonesia akan terus mengupayakan pertumbuhan perdagangan yang berkelanjutan sesuai visi jangka panjang Pemerintah Indonesia,” tegas Wamendag Roro, dikutip dari siaran pers Kemendag, Jumat (11/4).

Tarif resiprokal merupakan langkah yang diambil Presiden AS Donald Trump untuk mengenakan tarif  terhadap negara-negara yang dianggap memiliki hambatan perdagangan tinggi terhadap AS, termasuk Indonesia. Indonesia awalnya terkena tarif resiprokal sebesar 32 persen. Namun, sementara ini barang-barang Indonesia yang masuk ke AS hanya dikenakan tarif impor 10 persen setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan jeda 90 hari penangguhan penerapan tarif resiprokal tersebut guna membuka ruang negosiasi lebih lanjut, kecuali terhadap Republik Rakyat Tiongkok (RRT).

“Ini merupakan peluang yang harus dimanfaatkan secara strategis. Untuk itu, Presiden RI Prabowo  Subianto menginstruksikan kabinetnya agar segera mengambil langkah terstruktur dan konstruktif  dalam menghadapi situasi ini,” ujar Wamendag Roro.

Pertama, Indonesia akan menggunakan pendekatan diplomatik, baik di tingkat federal maupun negara bagian, serta menjalin komunikasi dengan pelaku bisnis AS yang bergantung pada bahan baku dan produk dari Indonesia. Fokus negosiasi tersebut mencakup sektor-sektor padat karya seperti tekstil dan garmen, alas kaki, ban karet, elektronik dan otomotif, serta produk kelapa sawit dan turunannya.

Kedua, Indonesia juga mendorong solidaritas regional ASEAN. Menurut Wamendag Roro, ASEAN harus bertindak sebagai satu kesatuan agar pengaruh ASEAN tetap kuat di platform global. Untuk itu, Indonesia mendukung Malaysia selaku Ketua ASEAN untuk memulai dialog regional ASEAN dengan AS. Tidak hanya itu, Indonesia bekerja sama dengan negara-negara anggota ASEAN untuk mengoordinasikan analisis teknis dampak tarif resiprokal, mengembangkan strategi penyampaian pesan bersama, dan mendorong mekanisme kerja sama regional, seperti Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP) dan Perjanjian Komprehensif dan Progresif untuk Kemitraan Trans-Pasifik (Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership/CPTPP).

Wamendag Roro menambahkan, dalam Retret Menteri Ekonomi ASEAN di Johor, Malaysia (28/2) lalu, salah satu usulan Indonesia adalah mendorong penyusunan non-paper yang menekankan pentingnya 

sentralitas ASEAN di tengah ketegangan perdagangan global. Sentralitas tersebut juga telah digaungkan kembali oleh Menteri Perdagangan Budi Santoso dalam pertemuan virtual bersama Menteri Perdagangan ASEAN, Kamis, (10/4) sebagai upaya mewujudkan persatuan. 

“Hal tersebut diharapkan memberikan dorongan bagi negara-negara ASEAN untuk berunding dengan AS guna meningkatkan perdagangan dan investasi di masa mendatang. Hingga saat ini, sebagian besar negara ASEAN memilih untuk fokus pada jalur negosiasi,” ungkap Wamendag Roro.

Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, ASEAN menempati peringkat kelima sebagai pasar ekspor terbesar bagi produk pertanian AS dengan total nilai perdagangan mencapai USD 306 miliar pada 2024. Dari jumlah tersebut, Indonesia mencatatkan surplus perdagangan terhadap AS sebesar USD 14,34 miliar. Angka-angka ini mencerminkan kedalaman sekaligus kompleksitas hubungan perdagangan antara kedua pihak.

Ketiga, Pemerintah Indonesia juga melakukan diversifikasi pasar ekspor dengan mempercepat  penyelesaian lima perjanjian perdagangan bebas (free trade agreement/FTA), yaitu Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia—Kanada (Indonesia–Canada Comprehensive Economic  Partnership Agreement/ICA-CEPA), Indonesia-Peru CEPA, dan Indonesia–EU CEPA. Berikutnya,  Perjanjian Preferensi Perdagangan Indonesia-Iran (Indonesia-Iran Preferential Trade  Agreement/PTA) dan Amandemen Protokol Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJ-EPA).

Dengan perjanjian-perjanjian tersebut, Indonesia diharapkan dapat memperluas akses pasar, memperkuat ketahanan perdagangan dalam negeri, dan menciptakan lebih banyak lapangan kerja.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya

Advertisement

Bagikan Artikel: