Rupiah Tergerus Dolar Hingga Sentuh Rp17.000, Sri Mulyani Sentil Trump dan The Fed

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati angkat bicara terkait tekanan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang terjadi belakangan ini. Ia menyebut fluktuasi tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal, bukan semata kondisi fundamental dalam negeri.
Sri Mulyani mencatat, hingga akhir Maret 2025, rata-rata nilai tukar rupiah mencapai Rp16.829 per dolar AS. Secara kumulatif sejak awal tahun (year to date), rupiah berada pada kisaran Rp16.443 per dolar AS. Angka ini meleset dari asumsi nilai tukar dalam APBN 2025 yang ditetapkan sebesar Rp16.000 per dolar AS.
“Pergerakan dari nilai tukar kita yang di Rp16.443 year to date mencerminkan dinamika global dan tidak selalu sama atau identik dengan kondisi fondasi atau fundamental Indonesia,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KITA, Rabu (30/4/2025).
Baca Juga: Trump Bikin Investor Panik, Aliran Investasi Kembali Tinggalkan Dolar AS
Ia menjelaskan, pasar global masih dibayangi ketidakpastian, terutama akibat tertahannya ekspektasi penurunan suku bunga acuan Federal Funds Rate (FFR) oleh inflasi yang tinggi di AS. Hal ini berdampak langsung pada penguatan dolar AS dan arus modal kembali ke AS.
Menurutnya, kehati-hatian The Fed dalam menurunkan suku bunga memicu penguatan indeks dolar dan mempersempit ruang gerak mata uang negara berkembang, termasuk Indonesia.
Selain itu, Sri Mulyani menyoroti kebijakan tarif tinggi yang diberlakukan Presiden AS Donald Trump sejak Januari 2025. Ia menyebut kebijakan tersebut semakin memperburuk kondisi pasar global.'
Baca Juga: Di Tengah Gejolak Global, Sri Mulyani Sebut Pemerintah Sudah Tarik Utang Rp250 Triliun
“Presiden Trump menerapkan tarif tinggi secara resiprokal terhadap sekitar 70 negara, termasuk Indonesia. Tarif ini mencapai hingga 125 persen dan memicu ketidakpastian besar di sektor keuangan global,” tuturnya.
Sri Mulyani menilai kebijakan tersebut menciptakan gejolak di pasar keuangan internasional, sehingga pada kuartal I-2025, banyak negara mengalami tekanan terhadap dolar AS.
“Ini menyebabkan nilai tukar terhadap dolar di banyak negara mengalami penyesuaian, tak terkecuali Indonesia,” pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Cita Auliana
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait:
Advertisement