Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

AZEC Siapkan Hingga US$ 40 Miliar untuk Dukung EBT di Asia, RI Dapat Apa?

AZEC Siapkan Hingga US$ 40 Miliar untuk Dukung EBT di Asia, RI Dapat Apa? Kredit Foto: Rahmat Dwi Kurniawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Inisiatif Asia Zero Emission Community (AZEC) yang diprakarsai Jepang menyiapkan pendanaan besar hingga US$40 miliar untuk mempercepat transisi energi bersih di kawasan Asia. Indonesia menjadi salah satu negara pertama yang menerima manfaat konkret dari skema ini.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut, salah satu proyek besar yang langsung digarap adalah pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Muara Laboh Unit 2 di Solok, Sumatera Barat. Nilai investasinya nyaris menyentuh US$500 juta.

“Ini adalah tindak lanjut dari pertemuan Presiden Prabowo Subianto dengan Utusan Khusus Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida. Kita baru saja menyaksikan penandatanganan financial close PLTP Muara Laboh antara Supreme Energy dan JBIC,” ujar Airlangga di Jakarta, Senin (5/5/2025).

Baca Juga: Jepang Gelontorkan Dana US$ 500 Juta untuk Bangun PLTP Muara Laboh Unit 2

PLTP Muara Laboh menjadi proyek showcase kerja sama AZEC yang menunjukkan komitmen konkret Indonesia–Jepang dalam mengakselerasi transisi energi. Proyek ini dibangun dalam tiga fase, dengan Unit 2 ditargetkan beroperasi pada 2027 dan menghasilkan daya sebesar 80 megawatt (MW).

Baca Juga: GeoDipa Genjot Proyek PLTP Baru, Target Tambah 110 MW di 2027

Selain Muara Laboh, beberapa proyek strategis lain dari Indonesia juga masuk dalam portofolio AZEC, seperti proyek pengolahan sampah menjadi energi Legok Nangka, pengembangan bahan bakar ramah lingkungan untuk penerbangan atau sustainable aviation fuel (SAF), PLTP Sarulla, dan pembangunan jaringan transmisi Jawa–Sumatera.

AZEC sendiri adalah mekanisme kerja sama multilateral yang dikembangkan Jepang untuk mendukung pengurangan emisi di kawasan Asia, dengan dana sekitar 4.000 triliun yen atau setara US$ 35–40 miliar. Fokus utamanya adalah pembiayaan proyek energi baru terbarukan, efisiensi energi, dan teknologi rendah emisi karbon.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: