Indonesia Termasuk Negara yang Mengadopsi Agen AI Tertinggi. Diprediksi akan Menyumbang Sekitar USD 366 Miliar Hingga 2030
Kredit Foto: Cloudera
Teknologi agen AI (Artificial Intelligence Agents) semakin menjadi ujung tombak transformasi digital di berbagai industri. Hal ini diungkap dalam Survei terbaru bertajuk "The Future of Enterprise AI Agents" yang dirilis oleh Cloudera.
Studi ini mengungkap mayoritas (96%) perusahaan global berencana memperluas penggunaan agen AI dalam setahun ke depan. Tak hanya itu, setengah dari mereka menargetkan ekspansi yang signifikan di seluruh organisasi.
Abhas Ricky, Chief Strategy Officer, Cloudera mengatakan, laporan ini didasarkan pada hasil wawancara terhadap hampir 1.500 pemimpin IT dari perusahaan di 14 negara, termasuk Indonesia. Temuannya menunjukkan bahwa agen AI kini tidak lagi sekadar eksperimen teknologi, melainkan telah menjadi solusi nyata dalam meningkatkan efisiensi, menurunkan biaya operasional, dan memperkuat daya saing bisnis.
Aplikasi agen AI yang paling banyak diadopsi meliputi bot pengoptimalan kinerja (66%), agen pemantau keamanan (63%), dan asisten pengembangan (62%).
Indonesia termasuk dalam negara yang menunjukkan adopsi agen AI paling pesat. Menurut survei tersebut, 79% responden di Indonesia telah menerapkan agen AI dalam dua tahun terakhir, dan 95% menyatakan rencana untuk memperluas penggunaannya dalam 12 bulan ke depan.
Didorong oleh kemajuan AI generatif, teknologi ini diprediksi akan menyumbang sekitar USD 366 miliar terhadap ekonomi Indonesia hingga 2030.
Meski demikian, tantangan adopsi masih cukup besar, mulai dari kebingungan dalam implementasi (100%), isu privasi data (56%), biaya (44%), hingga masalah tata kelola dan fairness AI.
Selain manfaat dari teknologi tersebut, survei Cloudera menjawab yang menjadi penghambat. Disebut kan, tiga hambatan utamaadalah privasi data (53%), integrasi dengan sistem yang lama (40%) dan biaya implementasi yang tinggi (39%). Ketiga pain poin ini berasal dari akar yang sama: kebutuhan akan manajemen dan tata kelola data yang kuat dan terpadu.
“Agen AI sudah bergerak lebih dari sekadar eksperimen – mereka kini menghadirkan otomatisasi, efisiensi, dan hasil bisnis yang nyata. Kami melihat perusahaan menjalankan ratusan model dalam produksi, semuanya menuntut data dengan ketelitian tinggi dan dikelola dengan baik untuk mendapatkan hasil yang lebih baik,” ujar Abhas Ricky.
“Pada tahun 2025, agen AI akan menjadi pusat perhatian, membangun momentum dari AI generatif namun dengan dampak operasional yang lebih besar. Cloudera memungkinkan transformasi ini melalui ekosistem Enterprise AI yang kuat, membantu organisasi global mendesain alur kerja AI yang aman, scalable, dan terintegrasi, yang mengubah data menjadi aksi.”
Laporan Cloudera juga menyoroti apa yang sesungguhnya dilakukan oleh perusahaan dengan agen AI. Kasus penggunaan teratas bervariasi berdasarkan industri, dibentuk oleh kebutuhan dan prioritas yang spesifik dari setiap sektor:
●Keuangan & Asuransi: Pendeteksian penipuan (56%), penilaian risiko (44%), dan penasihat investasi (38%) adalah kasus penggunaan terbanyak. Agen AI menandai transaksi yang mencurigakan secara real time, melakukan simulasi skenario pasar untuk mengevaluasi risiko, dan mendukung para penasihat dengan saran investasi yang dipersonalisasi.
●Manufaktur: Aplikasi teratas meliputi otomatisasi proses (49%), optimalisasi rantai pasokan (48%), dan kontrol kualitas (47%). Para agen memantau lini produksi untuk mendeteksi kerusakan sejak awal, mengubah rute logistik untuk menghindari penundaan, dan menyederhanakan tugas-tugas repetitif untuk meningkatkan efisiensi.
●Kesehatan: Penjadwalan janji temu (51%), bantuan diagnosis (50%), dan pemrosesan rekam medis (47%) adalah kasus penggunaan yang paling umum. Agen AI mengurangi beban admin dengan mengoordinasikan jadwal, memunculkan data EMR yang relevan, dan membantu dokter mengidentifikasi kondisi dalam data pencitraan.
●Telekomunikasi: Industri telekomunikasi mengalami inovasi yang substansial, yang didorong oleh AI. Bot dukungan pelanggan (49%), agen pengalaman pelanggan (44%) dan agen pemantauan keamanan (49%) adalah penerapan-penerapan yang utama. Agen-agen tersebut menyelesaikan masalah layanan secara instan, menandai pelanggan yangberisiko menggunakan data perilaku, dan melindungi jaringan dari ancaman yang muncul.
Laporan ini juga memberikan insight yang berharga di berbagai industri di Indonesia, termasuk:
●Keuangan & Asuransi: Otomatisasi meningkatkan layanan klien, dengan 88% responden menyebutkan bahwa penasihat investasi adalah kasus penggunaan teratas.
●Manufaktur: Perusahaan memprioritaskan efisiensi operasional, dengan 67% berfokus pada optimalisasi rantai pasokan.
●Retail dan E-Commerce: Perusahaan memanfaatkan AI untuk mengoptimalkan sistem backend dan proses yang berhubungan langsung dengan pelanggan, dengan 100% responden mengidentifikasi optimalisasi harga dan pemantauan rantai pasokan sebagai prioritas utama.
●Kesehatan: Teknologi digital meningkatkan fungsi klinis dan administratif, dengan 67% menekankan pada koordinasi perawatan
●Telekomunikasi: Perusahaan-perusahaan telekomunikasi meningkatkan pengalaman pelanggan dan keandalan infrastruktur, dengan 60% berfokus pada pemantauan keamanan, pengalaman pelanggan, dan pemantauan jaringan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Sufri Yuliardi
Editor: Sufri Yuliardi
Advertisement