- Home
- /
- Kabar Finansial
- /
- Bursa
Pasar Saham Masih Loyo Gegara Tarif Trump, OJK Ungkap IHSG Belum Pulih Total

Ketegangan global akibat kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump masih membayangi pasar keuangan dunia, termasuk Indonesia. Meski menunjukkan penguatan pada April, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat masih melemah secara tahunan.
IHSG naik 3,93% secara month-to-date hingga 30 April 2025 ke level 6.766,8. Namun secara year-to-date, indeks masih terkoreksi 4,42%. Tekanan ini salah satunya disebabkan oleh sentimen negatif dari ketidakpastian perdagangan global yang dipicu kebijakan tarif AS terhadap sejumlah negara mitra.
Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Inarno Djajadi, menilai penguatan bulan lalu tak lepas dari kebijakan stabilisasi yang ditempuh OJK bersama pemerintah dan pelaku pasar melalui forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK).
Baca Juga: Investor Asing Angkat Kaki, OJK Pantau Ketat Pasar Modal
"Langkah-langkah seperti buyback saham tanpa perlu RUPS, penyesuaian batasan trading out, serta penerapan asymmetric auto rejection terbukti mampu meredam volatilitas pasar saham," ujar Inarno dalam konferensi pers Rapat Dewan Komisioner Bulanan April 2025, Jakarta, Kamis (9/5/2025).
Hingga akhir April, tercatat 32 emiten mengajukan rencana buyback dengan alokasi dana maksimal Rp16,90 triliun. Namun, realisasi dana buyback baru mencapai Rp937,42 miliar atau 5,55% dari total komitmen.
Di tengah tekanan pasar global, OJK juga mencatat geliat positif dari pasar derivatif keuangan. Sejak awal tahun hingga April, volume transaksi derivatif berbasis efek mencapai 1,13 juta lot dengan nilai akumulatif Rp1.050,58 triliun. Saat ini, terdapat 56 pelaku dan 6 penyelenggara derivatif yang mengantongi izin prinsip.
"Pertumbuhan derivatif menjadi salah satu strategi kami untuk memperdalam pasar keuangan dan memberi alternatif lindung nilai bagi investor," ujar Inarno.
Baca Juga: Bos OJK Ungkap Stabilitas Sektor Keuangan Masih Terjaga
Di sektor pengelolaan investasi, nilai Asset Under Management (AUM) naik 1,01% secara bulanan menjadi Rp821 triliun. Namun secara tahunan, masih turun 1,96%.
Pasar reksa dana menunjukkan sinyal pemulihan. Pada April 2025, tercatat net subscription sebesar Rp6,24 triliun secara bulanan. Meski begitu, secara tahunan masih tercatat net redemption sebesar Rp4,88 triliun.
"Pemulihan kinerja reksa dana perlu terus kita dorong, terutama untuk meningkatkan partisipasi investor domestik sebagai penyeimbang tekanan dari non-resident yang masih melakukan penjualan bersih," jelas Inarno.
OJK menegaskan akan terus memantau dampak kebijakan tarif AS terhadap pasar dan menyesuaikan kebijakan untuk menjaga stabilitas sistem keuangan nasional.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Annisa Nurfitri
Advertisement