
Saat ini, setiap negara-negara maju berlomba-lomba menciptakan berbagai teknologi dalam mengembangkan artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan Salah satu produk AI terbaru China yang ramai diperbincangkan adalah DeepSeek. AI ini digadang-gadang akan menjadi pesaing terberat dari AI paling terkenal, ChatGPT.
Deepseek didirikan oleh Liang Wenfeng seorang pemuda desa yang menjadi tokoh penting dalam perkembangan teknologi kecerdasan buatan di China. Liang berasal dari Desa Mililing, Guangdong, provinsi selatan China. Tempat kelahirannya merupakan desa yang kecil dan tenang yang hanya dihuni kurang dari 700 penduduk.
Sejak remaja ia memang dikenal dengan kecerdasannya hingga mampu meraih nilai tertinggi di wilayahnya dalam ujian masuk universitas nasional pada tahun 2002. Ia kemudian memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya di Zhejiang University di Hangzhou, institusi yang dikenal sebagai tempat lahirnya para pemimpin bisnis.
Di Universitas tersebut ia mengambil jurusan Teknik Elektronika dan Komunikasi. kemudian dilanjutkan dengan studi magister di bidang Teknik Informasi dan Komunikasi. Liang berhasil menyelesaikan studinya tersebut di tahun 2010.
Setelah kelulusannya ia tidak mengejar karir di perusahaan dan memilih pindah ke Chengdu untuk mengembangkan algoritma perdagangan saham, yang terinspirasi oleh legenda dana lindung nilai Amerika, James Simons.
Kemudian pada 2015, bersama teman kampusnya Liang mulai masuk ke dunia bisnis dengan mendirikan High-Flyer Quant. Dalam waktu singkat perusahaan rintisan ini melejit dan menjadi salah satu dari empat firma perdagangan kuantitatif teratas di China, dengan mengelola lebih dari 100 miliar yuan. Pada 2021, ia menginvestasikan satu miliar yuan untuk membangun pusat komputasi yang dilengkapi dengan 10.000 kartu grafis Nvidia.
Ketika High-Flyer sudah berjalan stabil, Liang mengalihkan fokusnya ke AI. Pada 2019, dia mendirikan lab AI yang menjadi cikal bakal Deepseek. Kemudian pada awal 2023 setelah beberapa bulan OpenAI meluncurkan ChatGPT, dia mengubah lab AI tersebut menjadi entitas independen bernama DeepSeek, yang didedikasikan untuk pengembangan model bahasa berskala besar.
Biaya pembuatan DeepSeek disebut-sebut lebih murah dibandingkan para pendahulunya OpenAI dan Google. Berbeda dengan chatbot AI yang umumnya menutup sumber daya, DeepSeek ingin memajukan batas teknologi sehingga akan membuka sumber daya seluas-luasnya. Deepseek juga telah merilis beberapa model sumber terbuka, termasuk DeepSeek-V3 dan R1 yang inovatif, yang telah memperoleh daya tarik yang pesat baik di China maupun di luar negeri.
Dilansir Time Magazine, pada Februari 2025 lalu, DeepSeek menjadi aplikasi gratis yang paling banyak diunduh di App Store AS milik Apple.
Atas pencapaian DeepSeek dan High-Flyer Capital ini, Forbes juga mengakui Liang sebagai salah satu miliarder baru dalam peringkatnya pada 2025, memperkirakan kekayaannya mencapai US$1 miliar.
Baca Juga: Suksesnya Kiki Barki, Konglomerat Batu Bara dan Nikel Indonesia
Baca Juga: Bukan dari Italia, Ini Cerita Lahirnya Buccheri oleh Perantau dari Kalimantan Barat Ediansyah
Sebagai pribadi yang visioner Liang Wenfeng membawa misi penting untuk mengantarkan DeepSeek ke garis depan inovasi AI dunia serta berpartisipasi untuk menjadikan negaranya sebagai pemain utama dalam revolusi kecerdasan buatan global.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement