Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Luhut Usul Indonesia-China Bentuk Joint Sovereign Wealth Fund

Luhut Usul Indonesia-China Bentuk Joint Sovereign Wealth Fund Kredit Foto: Antara/Antara
Warta Ekonomi, Beijing -

Ketua Dewan Energi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan mengajukan inisiatif pembentukan Joint Sovereign Wealth Fund antara Indonesia dan Tiongkok dalam pertemuannya dengan Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi. 

Skema ini diusulkan melalui Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) sebagai bagian dari upaya mempererat kerja sama strategis antar kedua negara.

"Saya sampaikan ke Menlu Wang Yi, 'Kenapa tidak kita buat Joint Sovereign Wealth Fund untuk satu tujuan, misalnya Danantara mengalokasikan satu miliar dolar AS dan pihak China satu miliar dolar AS atau jumlah yang lain, dan sepertinya akan berjalan'," ujar Luhut seperti dikutip dari Antara, Jumat (23/5/2025).

Baca Juga: Danantara akan Bantu Pendanaan Proyek Baterai EV dengan CATL yang Sempat Tertunda 

Sejak resmi diluncurkan pada 24 Februari 2025, Danantara mengelola aset sebesar 900 miliar dolar AS atau setara Rp14.000 triliun.

Dana awal sebesar 20 miliar dolar AS (sekitar Rp326 triliun) difokuskan pada proyek strategis nasional, termasuk hilirisasi nikel, bauksit, dan tembaga, pembangunan pusat data dan kilang minyak, pengembangan kecerdasan buatan, industri petrokimia, produksi pangan, serta energi terbarukan.

Luhut menekankan bahwa Danantara merupakan konsolidasi aset-aset BUMN untuk dikelola secara lebih transparan dan profesional. Ia meyakini, pembentukan dana patungan dengan Tiongkok akan memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak, termasuk suplai mineral kritis dari Indonesia.

Baca Juga: Danantara Siap Menjadi Mitra Strategis Proyek Energi Nasional

Selain pembahasan soal Danantara, pertemuan Luhut dan pejabat tinggi Tiongkok juga menyoroti kerja sama dalam pengembangan ekonomi hijau, khususnya penerapan teknologi Carbon Capture and Storage (CCS) dan Carbon Capture, Utilisation and Storage(CCUS).

Menurut Luhut, Indonesia memiliki potensi penyimpanan karbon sebesar 600 giga ton. “Carbon capture storage kita punya 600 giga ton. Jadi kita bikin kerja samanya, dimasukkan ke bawah tanah sehingga bisa 'green'. Semua target emisi karbon 2050 bisa juga kita capai,” ujarnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: