Kredit Foto: Ferry Hidayat
“Dulu saya tidak bisa berbicara, sekarang saya bisa. Dulu saya tidak percaya diri, sekarang saya punya banyak teman,” ungkapnya dengan penuh semangat.
Ia pun berharap, melalui penguatan kapasitas dan solidaritas perempuan, tidak ada lagi kekerasan terhadap perempuan di desanya.
Apresiasi serupa disampaikan oleh Sri, salah seorang peserta lain yang juga seorang pelaku usaha kuliner dan anggota Sekolah Perempuan Srikandi. Ia menyoroti pentingnya peran kepemimpinan perempuan di tingkat desa yang dinilainya turut membuka ruang partisipasi lebih luas bagi kaum perempuan, khususnya dalam forum-forum pengambilan keputusan seperti Musrenbang.
“Dulu kami hanya hadir, tetapi tidak pernah diberi ruang untuk bicara. Setelah ada Sekolah Perempuan Srikandi dan dukungan dari Ibu Kepala Desa, kami akhirnya diberi kesempatan untuk menyampaikan usulan. Itu sesuatu yang belum pernah kami alami sebelumnya,” tuturnya.
Ia pun berharap, praktik baik ini dapat direplikasi di berbagai desa lain di seluruh Indonesia guna memperkuat peran serta perempuan dalam pembangunan desa.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Advertisement