Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Cerita William Rosenberg Membangun Dunkin’ Donuts, dari Sopir Truk Es Krim Simco hingga Sukses Punya Belasan Ribu Gerai Donat

Cerita William Rosenberg Membangun Dunkin’ Donuts, dari Sopir Truk Es Krim Simco hingga Sukses Punya Belasan Ribu Gerai Donat Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Siapa sangka bahwa jaringan kopi dan donat raksasa dunia, Dunkin' Donuts, lahir dari tangan seorang pria sederhana bernama William Rosenberg. Ia adalah anak imigran Yahudi dari Eropa Timur yang harus putus sekolah demi membantu orang tuanya.

Lahir pada 10 Juni 1916 di Boston, Massachusetts, William Rosenberg tumbuh dalam keluarga pekerja keras. Ayahnya adalah seorang pedagang kelontong, dan seperti banyak anak seusianya di masa Depresi Besar, William terpaksa berhenti sekolah sejak kelas delapan untuk bekerja. 

Di usia 14 tahun, ia sudah menjadi pengantar telegram Western Union. Kariernya terus berkembang, termasuk menjadi sopir truk es krim di Simco dan kemudian menjabat sebagai manajer penjualan nasional di usia 21 tahun.

Setelah Perang Dunia II, Rosenberg melihat peluang besar, yaitu para pekerja pabrik di Boston membutuhkan makanan cepat dan terjangkau. Dengan memanfaatkan dana dari obligasi perang dan pinjaman sebesar $1.000, ia mendirikan Industrial Luncheon Services, bisnis katering keliling yang melayani area pabrik. Inovasinya menciptakan truk katering menjadi inspirasi awal dari food truck modern.

Baca Juga: Cerita Sukses Jusuf Hamka, dari Sopir Traktor hingga Jadi 'Raja Jalan Tol' Indonesia

Namun, dari semua makanan yang dijual, ia sadar bahwa 40% pendapatan datang dari dua produk sederhana, yaitu kopi dan donat. Kesadaran ini mengubah segalanya. Pada 1948, ia membuka kedai pertamanya bernama Open Kettle di Quincy, Massachusetts. Dua tahun kemudian, nama itu diganti menjadi Dunkin’ Donuts, dan bisnis pun mulai melejit. Ia bahkan langsung memperkenalkan 53 jenis donat untuk memberikan variasi bagi pelanggan.

Kesuksesan Rosenberg tak berhenti di sana. Pada 1955, ia mulai menawarkan sistem waralaba, menjadikannya salah satu pionir industri ini. Ia bahkan turut mendirikan International Franchise Association (IFA) pada tahun 1960, sebuah lembaga yang mendukung dan mengatur praktik waralaba global.

Bisnisnya tumbuh pesat—dalam satu dekade, Dunkin' Donuts sudah memiliki lebih dari 100 gerai. Pada akhir abad ke-20, jumlah itu melonjak drastis hingga mencapai 2.500 gerai di seluruh dunia, dan penjualan tahunan menembus angka $2 miliar.

Di tahun 1971, Rosenberg didiagnosis menderita kanker paru-paru dan memilih mundur dari dunia bisnis. Ia kemudian fokus pada Wilrose Farm, peternakan kuda pacu di New Hampshire yang juga menjadi kontribusinya di dunia balap kuda. Peternakan ini kemudian ia sumbangkan ke University of New Hampshire, dan ia pun aktif di dunia filantropi, termasuk mendirikan kursi profesor di Harvard Medical School.

William Rosenberg meninggal dunia pada 22 September 2002 dalam usia 86 tahun. Meski telah tiada, warisannya tetap hidup. Pada 2010, penjualan global Dunkin’ mencapai $6 miliar, dan kini jaringan ini memiliki lebih dari 12.000 gerai di 42 negara.

Baca Juga: Jalan Sukses Peter F. Gontha, Mulai dari Dirikan Media, Java Jazz Festival, hingga Kripto

Dunkin’ Donuts mulai hadir di Indonesia pada tahun 1985, dengan gerai pertamanya dibuka di Jalan Hayam Wuruk, Jakarta. Di bawah pengelolaan PT Dunkindo Lestari, Dunkin’ Donuts berkembang pesat dan menjangkau berbagai kota besar seperti Surabaya, Medan, Makassar, Bali, dan Yogyakarta. Saat ini, Dunkin’ memiliki lebih dari 200 gerai di seluruh Indonesia.

Keberhasilan Dunkin’ di Indonesia juga tak lepas dari kemampuannya beradaptasi. Mereka menghadirkan donat dengan cita rasa lokal seperti isian durian, serta memperluas menu dengan sandwich dan camilan lainnya agar sesuai dengan selera masyarakat Indonesia yang beragam.

Baca Juga: Kontribusi Besar Industri Perkebunan Kelapa Sawit Terhadap Aspek Ketenagakerjaan

Pada 2019, Dunkin’ Donuts secara resmi mengganti nama menjadi Dunkin’ sebagai bagian dari strategi rebranding global. Langkah ini mencerminkan posisi mereka bukan hanya sebagai penjual donat, tetapi juga sebagai jaringan kedai kopi global yang modern dan relevan. Pada tahun 2020, perusahaan induk Dunkin’ Brands (yang juga menaungi Baskin-Robbins) diakuisisi oleh Inspire Brands senilai $11,3 miliar.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Amry Nur Hidayat

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: