Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Emiten Logistik LAJU Bidik Pendapatan Rp208,6 Miliar pada 2025, Begini Strateginya

Emiten Logistik LAJU Bidik Pendapatan Rp208,6 Miliar pada 2025, Begini Strateginya Kredit Foto: Jasa Berdikari
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Jasa Berdikari Logistics Tbk (LAJU) menatap tahun 2025 dengan optimisme tinggi. Meski dihadapkan berbagai tantangan di tahun sebelumnya, Perseroan menargetkan pendapatan sebesar Rp208,6 miliar dan net profit margin 6% pada tahun ini. Demi mencapainya, berbagai strategi pun disiapkan, mulai dari efisiensi operasional hingga ekspansi bisnis.

Dalam menghadapi tantangan operasional, LAJU memperkuat sistem pengelolaan armada dengan mengoptimalkan penggunaan GPS untuk pemantauan kendaraan secara real-time dan meminimalkan waktu tidak produktif (down time) melalui perawatan dan perbaikan yang lebih disiplin.

Selain itu, Perseroan juga memperkuat diversifikasi bisnis di luar pelanggan utama seperti Alfamidi, dengan menggarap sektor baru seperti pengiriman laut, jasa angkutan halal, hingga pasar pelanggan non-MIDI.

Tak hanya itu, inovasi turut menjadi bagian penting dari strategi perusahaan. "Mengeksplorasi solusi inovatif (menjajaki penggunaan kendaraan listrik), meningkatkan kemampuan dan ketrampilan karyawan dengan berbagai pelatihan dan sosialisasi prosedur (ISO 9001:2015)," jelas Direktur Utama LAJU, James Budiarto T, dalam keterbukaan informasi, dikutip Selasa (17/6). 

Baca Juga: Pos Indonesia dan Japan Post Perkuat Kolaborasi Global, Siap Hadapi Tantangan Industri Logistik

Sebelumnya, Perseroan membukukan penurunan laba bersih sebesar Rp10,88 miliar atau 85,13% di tahun 2024 menjadi sebesar Rp1,9 miliar dari sebelumnya di tahun 2023 sebesar Rp12,78 miliar.

Penurunan laba Perseroan tidak sejalan dengan kenaikan penjualan sebesar Rp21,13 miliar atau 12,67% di tahun 2024 sebesar menjadi Rp187,91 miliar dari sebelumnya di tahun 2023 sebesar Rp166,79 miliar.

James menjelaskan bahwa tekanan biaya menjadi penyebab utama turunnya profit. Salah satu faktor utamanya adalah kelangkaan BBM bersubsidi (bio-solar) di beberapa wilayah operasional serta volatilitas harga bahan bakar non-subsidi (Dexlite). Imbasnya, pengiriman ke toko-toko pelanggan pun sempat terhambat akibat antrean panjang di SPBU.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Belinda Safitri
Editor: Belinda Safitri

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: