Kredit Foto: Kementerian Perdagangan
Wakil Menteri Perdagangan RI Dyah Roro Esti Widya Putri menyampaikan Indonesia mendorong proses ratifikasi protokol perubahan Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) agar selesai pada semester kedua 2025.
Dan dirinya mengatakan Indonesia siap mengimplementasikan IJEPA pada akhir 2025 dengan memenuhi aspek keberlanjutan yang berlaku di pasar Jepang.
Baca Juga: Jepang Mitra Ideal RI Kembangkan Minuman Kesehatan Berbasis Sarang Burung Walet
Hal ini disampaikan Wamendag saat bertemu Wakil Menteri Hubungan Internasional Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri (METI) Jepang Takehiko Matsuo di sela-sela rangkaian misi dagang Indonesia ke Jepang, di Tokyo, Jepang beberapa waktu lalu.
“Kami meminta keterangan terkait progres ratifikasi tersebut agar pelaku usaha Indonesia dan Jepang dapat segera merasakan manfaat maksimal dari IJEPA, yaitu mendapatkan peluang yang lebih luas masuk ke pasar Jepang dan meminimalisasi hambatan nontarif. Kami sampaikan pula bahwa pelaku usaha Indonesia siap mengimplementasikan perjanjian tersebut dengan memenuhi aspek keberlanjutan yang berlaku di pasar Jepang,” ungkap Wamendag Roro, dikutip dari siaran pers Kemendag, Kamis (19/6).
Wamendag Roro menjelaskan, aspek keberlanjutan tersebut salah satunya terlihat pada produk kayu dan turunannya yang harus memenuhi sertifikasi Timber Legality Assurance System (TLAS) dan standar lainnya yang berlaku di Jepang. Hal ini agar sejalan dengan kontribusi Indonesia terhadap aspek berkelanjutan dalam perdagangan di tingkat global yang mana harus mendapat pengakuan dari para mitra dagang, termasuk Jepang.
“Aspek berkelanjutan selalu menjadi komitmen kami. Untuk itu, kami menyambut baik upaya yang telah dilakukan Indonesia dalam memenuhi prinsip berkelanjutan dalam perdagangan global dan Jepang akan menindaklanjuti sertifikasi produk berkelanjutan yang diadopsi Indonesia,” ujar Matsuo.
Selain itu, Wamendag Roro menekankan peranan penting berbagai perjanjian yang dimiliki Indonesia dan Jepang. Menurutnya, dengan kompleksitas perkembangan perdagangan dunia saat ini, kemitraan Indonesia dan Jepang masih bisa saling menguntungkan dan strategis bagi kedua negara.
Untuk itu, penting bagi kedua negara dapat memastikan efektivitas kerja sama ekonomi yang ada, seperti Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) yang telah berjalan selama tujuh tahun dan Kemitraan Ekonomi Komprehensif ASEAN-Jepang (AJCEP) yang telah berjalan selama tujuh belas tahun.
“Indonesia dan Jepang memegang peran penting dalam memastikan efektivitas kerja sama ekonomi tersebut agar tetap berfungsi sebagai kunci dalam memelihara rantai nilai regional dan stabilitas perdagangan global. Tentunya, partisipasi aktif dari seluruh pemangku kepentingan, seperti pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat umum juga penting guna memaksimalkan manfaat dari perjanjian dagang yang ada,” lanjut Wamendag Roro.
Lebih lanjut, Indonesia terus membuka peluang adanya kolaborasi tingkat lanjut dengan Jepang, terutama mengingat Indonesia dan Jepang adalah ketua bersama untuk RCEP Joint Committee 2025. Kemudian, pada pertemuan tersebut, Wamendag Roro juga mengutarakan permintaan dukungan bagi Indonesia pada proses aksesi Indonesia ke CPTPP dan OECD. Wamendag menjelaskan, Indonesia telah menyampaikan kuesioner sebagai bagian dari proses aksesi CPTPP pada 12 Mei 2025 kepada Selandia Baru sebagai depository country. Untuk itu, Indonesia meminta dukungan Jepang agar segera dibentuk kelompok kerja aksesi (accession working group) serta dukungan dalam memastikan kelancaran dan keberhasilan proses negosiasi aksesi Indonesia ke CPTPP.
Sementara, Indonesia juga telah memulai proses aksesi OECD pada Juni 2024 dan menargetkan untuk menyelesaikan prosesnya pada 2027. Terkait dukungan pada aksesi, Indonesia menantikan keterlibatan Jepang, terutama dalam hal bantuan teknis dalam menyelesaikan fase peninjauan teknis dan ahli selama proses aksesi. Indonesia mengakui peran Jepang dalam pengembangan instrumen hukum OECD.
Pada akhir pertemuan, Wamendag Roro mengundang perusahaan Jepang untuk berpartisipasi pada ajang Trade Expo Indonesia (TEI) ke-40 yang akan digelar pada Oktober 2025. Pada TEI 2024, Jepang merupakan negara ke-8 dengan buyer terbanyak dan urutan ke-8 transaksi terbesar atau senilai USD 33,41 miliar.
Hingga saat ini, Jepang masih menjadi mitra utama perdagangan dan investasi bagi Indonesia dan ASEAN. Jepang tercatat sebagai peringkat ke-3 tujuan ekspor dan asal impor Indonesia. Pada 2024, total perdagangan Indonesia-Jepang mencapai USD 35,6 miliar dengan nilai ekspor sebesar USD20,7 miliar atau menurun 0,39 persen dibandingkan tahun 2023. Sementara, impornya pada 2024 tercatat USD 14,9 miliar atau menurun 9,4 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Dengan demikian, Indonesia surplus sebesar USD 5,7 miliar.
Pada pertemuan bilateral ini, Wamendag Roro didampingi Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Fajarini Puntodewi, Sekretaris Ditjen PEN Arief Wibisono, Direktur Pengembangan Ekspor Manufaktur Deden Muhammad Fajar Shiddiq, dan Atase Perdagangan Tokyo Merry Astrid Indriasari.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Advertisement