Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Iran Ancam Tutup Selat Hormuz, Aspermigas : Negara Harus Ancang-ancang

Iran Ancam Tutup Selat Hormuz, Aspermigas : Negara Harus Ancang-ancang Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pemerintah buka suara terkait kesepakatan Parlemen IRAN yang menyetujui rencana penutupan Selat Hormuz yang merupakan jalur vital perdagangan energi global. Diperkirakan 20% pasokan energi global akan terdampak bila IRAN benar-benar merealisasikan rencana tersebut. 

Pelaksana Tugas (Plt) Dirjen Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Tri Winarno saat dihubungi secara langsung mengatakan bahwa Pemerintah saat ini tengah mendiskusikan dampak dan langkah mitigasi yang tepat.

”Sementara masih kita diskusikan,” jawabnya pada Warta Ekonomi Senin (23/06/2025).

Baca Juga: China Mengecam Keras Serangan AS ke Iran, Ikut Perang?

Disisi lain Sekretaris Jenderal Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas (Aspermigas), Elan Biantoro, mengatakan kehadiran negara amat dibutuhkan demi menjamin ketahanan energi nasional di tengah situasi ketegangan geopolitik global seperti saat ini. 

”Pemerintah atau negara itu harus mengambil sikap ancang-ancang dari sekarang. Ancang-ancangnya apa ya Kita sekarang lemah sekali dalam hal cadangan energi. Cadangan BBM kita itu tidak lebih dari 20 hari, kalau tidak dapat supply baru dalam 11 hari itu kita sudah bisa terancam pincang, seandainya tidak dapat lagi maka kita itu harus mendefisitikan konsumsi BBM,” ucapnya pada Warta Ekonomi. 

Kondisi berat dipastikan akan menimpa RI bila mana IRAN IRAN benar-benar menutup selat yang menghubungkan Teluk Persia ke lautan terbuka tersebut.

”Kalau (bagi) Indonesia memang berat juga sih, buat kita (pasti) akan berdampak, sangat berdampak karena kita akan importir ya. Apalagi sebagian import kita adalah dari Timur Tengah,” ucapnya pada Warta Ekonomi.

Ia pun mengamini rencana Pemerintah RI yang tengah berencana men-switct impor minyak menuju Rusia mau pun Amerika sebagai langkah strategis dalam mitigasi dampak tersebut. 

”Tapi otomatis dengan begitu harga tetap akan tinggi,” lanjutnya. 

Melansir data Refinitiv pada pukul 08:30 WIB, harga minyak Brent untuk kontrak terdekat naik 2,69% menjadi US$ 79,08 per barel. Sementara itu, WTI menguat 1,23% ke US$ 75,85 per barel.

Kenaikan ini memperpanjang reli minyak dalam sepekan terakhir. Sejak 12 Juni 2025, harga Brent sudah melonjak hampir 14%, dari level US$ 69,36.

Baca Juga: Naik Turun Ketegangan Israel-Iran, Investor Soroti Pergerakan Dolar AS

Jika perang berlanjut dan meluas, dari kacamatanya melihat trend harga minyak global tidak menutup kemungkinan harga minyak global akan tembus di angka US$ 100 per barel. 

”Mereka (media global) menyampaikan bahwa apabila Sulawesi ditutup Harga minyak bisa naik di atas US$100-110 (per barel),” terangnya.

Apa bila ini terjadi maka dipastikan ini akan menjadi beban fiskal yang cukup berat bagi RI

”Kalau harga (minyak) naik (tinggi) pemerintah Indonesia secara keuangan akan terbebani cukup besar,” tutupnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Fajar Sulaiman

Advertisement

Bagikan Artikel: