Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

RI Siapkan Alternatif Impor Migas dari Rusia Jika Selat Hormuz Ditutup

RI Siapkan Alternatif Impor Migas dari Rusia Jika Selat Hormuz Ditutup Kredit Foto: Rahmat Dwi Kurniawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menyatakan bahwa potensi penutupan Selat Hormuz oleh Pemerintah Iran bisa mendorong lonjakan harga minyak global.

Dia mengatakan, pemerintah akan menyiapkan beberapa langkah antisipasi untuk menghadapi situasi geopolitik di Timur Tengah karena berisiko terhadap ketahanan energi nasional.

”Ketika Selat Hormuz ditutup, ini akan berdampak kenaikan harga minyak dunia. Sekalipun sekarang belum sampai di angka 80 dolar. Karena asumsi APBN kita kan 82 dolar per barrel,” ucap Bahlil di Jakarta, Senin (23/06/2025).

Baca Juga: Selat Hormuz Selamat, Harga Minyak Dunia Anjlok 7%

Bahlil mengatakan, jika harga minyak dunia naik melewati asumsi APBN, maka pemerintah akan menyiapkan langkah-langkah baru untuk menjaga ketahanan energi nasional.

Sebagai bagian dari antisipasi, pemerintah mulai menjajaki skema diversifikasi impor energi dari kawasan lain. Salah satu langkah konkret dilakukan melalui kunjungan kerja Presiden RI ke Rusia, yang turut diikuti oleh Bahlil dan Kepala SKK Migas.

"Kita (dengan Rusia) juga berbicara tentang bagaimana kita bisa melakukan impor minyak crude. Kita juga sedang menjajaki kerja sama untuk gas. Kalau untuk LPG, kita memang 80 persen impor, kurang lebih sekitar 7 juta ton per tahun. Nah, ini bisa menjadi salah satu alternatif dari sana. Sudah barang tentu dengan catatan harganya harus kompetitif. Lebih murah tentu lebih baik," ujarnya.

Lebih lanjut, pemerintah Indonesia dan Rusia juga membahas peluang kerja sama dalam peningkatan produksi lifting migas nasional. Bahlil mengatakan, Bahwa pihak rusia juga siap mendukung RI meningktkan lifting migas di RI melalui pengoptimalan sumur-sumur migas yang ada termasuk intervensi teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR) guna meningkatkan produksi.

Baca Juga: Padahal Gegara Serang Iran, Trump Panik Lihat Harga Minyak Global Naik

Bahlil menyebut alam waktu dekat, delegasi perusahaan Rusia dijadwalkan mengunjungi Indonesia untuk membahas lebih lanjut rencana investasi tersebut. Afdapun nilai potensi investasi dari kerja sama ini diperkirakan melebihi US$10 miliar.

"Kemarin saya juga membawa Kepala SKK Migas untuk melakukan komunikasi dengan beberapa BUMN Rusia, agar mereka bisa melakukan kerja sama. Saya juga bersama-sama dengan Direktur Utama PT Pertamina, Pak Simon. Jadi, kami membicarakan tiga hal. Yang pertama adalah bagaimana kita dapat menjalin kerja sama pengelolaan sumur-sumur migas kita dengan Rusia, karena mereka memiliki teknologi dan berbagai keunggulan lainnya,” tutup Bahlil.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Djati Waluyo

Advertisement

Bagikan Artikel: