- Home
- /
- Kabar Finansial
- /
- Bursa
Wall Street Menguat Setelah Gencatan Senjata Israel-Iran, Investor Saham Soroti Testimoni Powell

Bursa Saham Amerika Serikat (Wall Street) kembali menguat pada perdagangan Selasa (24/6). Hal itu menyusul tercapainya gencatan senjata antara Israel dan Iran. Pasar kini menyoroti pernyataan soal suku bunga dari Ketua The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell.
Dilansir dari Reuters, Rabu (25/6), berikut ini adalah catatan pergerakan sejumlah indeks utama dari Bursa Saham Amerika Serikat (AS):
- Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA): Naik 1,19% ke 43.089,02.
- S&P 500 (SPX): Naik 1,11% ke 6.092,18.
- Nasdaq Composite (IXIC): Melonjak 1,43% ke 19.912,53.
Indeks Wall Street mencatatkan kenaikan dua hari berturut-turut, setelah sebelumnya pasar tertekan akibat serangan rudalke fasilitas pengayaan uranium dari Iran.
Meski ada dugaan bahwa gencatan senjata dilanggar kedua belah pihak, investor tetap menyambut baik retorika gencatan senjata sebagai tanda meredanya eskalasi dari Israel-Iran.
"Bulls kembali beraksi. Gencatan senjata benar-benar menjadi bahan bakar bagi reli pasar saham," kata Chief Executive Officer (CEO) AXS Investments, Greg Bassuk.
"Investor bertaruh bahwa stabilitas menjadi kabar positif untuk saham, meski berdampak negatif bagi obligasi dan harga minyak," tambahnya.
Adapun Jerome Powell menegaskan bahwa bank sentral masih perlu waktu untuk melihat dampak ekonomi dari kenaikan tarif impor sebelum mempertimbangkan pemangkasan suku bunga.
"Kami dalam posisi yang baik untuk menunggu dan melihat lebih lanjut arah perekonomian sebelum melakukan penyesuaian terhadap kebijakan kami," ujar Powell.
Pasar saat ini memperkirakan kemungkinan lebih dari 20% bahwa bank sentral akan memangkas suku bunga pada pertemuan Juli. Adapun hampir 70% yakin pemangkasan pertama akan dilakukan pada September.
Sementara itu, data ekonomi menunjukkan penurunan kepercayaan konsumen di Juni. Hal itu diikuti dengan pandangan terhadap pasar tenaga kerja berada pada level terendah sejak Maret 2021.
"Penurunan kepercayaan konsumen menjadi sinyal tambahan bahwa pemangkasan suku bunga mungkin terjadi tahun ini," ungkap Bassuk.
Baca Juga: Bursa Eropa Melonjak, Harga Saham Naik Berkat Gencatan Senjata Israel-Iran
Selanjutnya, pelaku pasar akan mencermati rilis data pendapatan domestik bruto kuartal pertama final, serta laporan Personal Consumption Expenditures (PCE). Keduanya akan menjadi indikator penting inflasi dan pertumbuhan konsumsi rumah tangga di AS.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement