Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Soroti Rendahnya Belanja R&D Indonesia, Nezar Patria Sentil Soal AI Impor

Soroti Rendahnya Belanja R&D Indonesia, Nezar Patria Sentil Soal AI Impor Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Wakil Menteri Komunikasi dan Digital, Nezar Patria, menegaskan pentingnya membangun kedaulatan digital Indonesia di tengah gelombang transformasi teknologi global yang semakin masif. Menurutnya, Indonesia tidak boleh hanya menjadi pasar teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), tetapi harus menjadi pemain aktif dengan ekosistem nasional yang kuat.

Atlas of AI itu harus jadi pedoman untuk membuat regulasi AI untuk Indonesia kalau kita mau teknologi yang berdaulat,” ujar Nezar dalam forum “Mencapai Seabad Indonesia Merdeka” di Yogyakarta, dikutip dari keterangan resmi, Senin (30/6/2025).

Nezar menilai bahwa Indonesia memiliki peluang strategis dalam industri AI global karena sumber daya alamnya yang melimpah, seperti nikel dan boron—dua elemen penting dalam pengembangan teknologi komputasi dan AI. Namun, ia menyoroti belum adanya desain besar yang jelas untuk memanfaatkan kekuatan tersebut dalam tawar-menawar global.

Baca Juga: Komdigi Minta Mahasiswa Berani Hadapi AI, Jangan Cuma Pakai

Selain itu, Nezar juga menyinggung rendahnya belanja penelitian dan pengembangan (R&D) Indonesia yang saat ini baru mencapai 0,24% dari produk domestik bruto (PDB). Kondisi ini diperparah oleh lemahnya infrastruktur komputasi nasional yang tidak memadai untuk mendukung pengembangan AI yang mandiri.

“Nah tanpa R&D ini agak susah kita bisa mengembangkan AI yang berdaulat, AI yang milik kita sendiri,” ujarnya.

Baca Juga: Microsoft Guyur Dana Segar Rp27 Triliun ke RI, Komdigi Bakal Alokasikan untuk Ini

Lebih lanjut, Nezar mengkritisi penggunaan model AI impor di Indonesia yang sering kali membawa nilai-nilai budaya dari negara asalnya, seperti Amerika Serikat, dan tidak selalu sejalan dengan konteks lokal Indonesia.

Di sisi lain, Nezar menekankan tiga tantangan utama dalam transformasi digital Indonesia saat ini, yakni kesenjangan infrastruktur digital, ancaman keamanan siber, dan defisit talenta digital. Ia mengingatkan bahwa Indonesia diproyeksikan membutuhkan 12 juta talenta digital pada 2030, sementara kekurangannya saat ini masih mencapai 2,7 juta orang.

“Talenta digital ini menurut saya proyek nomor satu, infrastruktur itu mungkin bisa terbatas, tapi kalau orangnya kreatif dia bisa taklukan keterbatasan itu,” tegas Nezar.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ida Umy Rasyidah
Editor: Annisa Nurfitri

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: