Kredit Foto: Istimewa
Indonesia Tidak Kekurangan Potensi
Di tengah ketidakpastian global, Indonesia justru menyimpan kekuatan besar yang belum digarap maksimal:
- PDB mendekati Rp24.000 triliun.
- Populasi 280 juta jiwa, mayoritas usia produktif.
- Cadangan nikel terbesar dunia, ditambah emas, batu bara, migas, dan panas bumi.
- Posisi strategis di jalur dagang dan maritim internasional.
- Bonus demografi terbesar di Asia Tenggara.
Namun semua ini tidak berarti tanpa kedaulatan dalam pengelolaannya. "Kita harus berhenti menjual mentah dan membeli mahal. Indonesia perlu mengelola sendiri kekayaan alamnya, dan membangun industrinya dengan percaya diri," tegas Haidar Alwi.
Lima Gagasan Strategis untuk Membangun Arah Baru
Haidar Alwi mengusulkan lima langkah strategis untuk memperkuat pondasi ekonomi nasional:
1. Dana Pembangunan Berbasis Komoditas Strategis
Membangun cadangan nasional berbasis emas dan nikel untuk pembiayaan infrastruktur dan ketahanan energi. Komoditas bukan sekadar sumber devisa, tapi juga alat kedaulatan ekonomi.
2. Pasar Inovasi Nasional Berbasis Karya Anak Bangsa
Mewujudkan pembiayaan inovasi dari valuasi kekayaan intelektual, agar penemu dan kreator bisa mengakses dana tanpa utang, tapi dengan menjual nilai gagasan secara adil dan transparan.
3. Koperasi Digital untuk Kepemilikan Tambang dan Hilir Industri
Melibatkan rakyat kecil dalam kepemilikan industri melalui platform digital koperasi nasional. Rakyat tidak lagi hanya sebagai konsumen, tapi juga pemilik aset negara.
4. Rupiah Digital Lokal untuk Transaksi Domestik
Sistem pembayaran digital lokal berbasis rupiah harus dikembangkan untuk UMKM, desa, dan pasar tradisional agar tidak selalu bergantung pada sistem rente global.
5. Pembaruan Kurikulum Ekonomi di Sekolah Menengah
Anak muda perlu dibekali pemahaman ekonomi strategis sejak sekolah. Pendidikan ekonomi tak boleh berhenti di teori, tapi harus mengarah pada pemahaman geopolitik, industri, dan kebijakan fiskal.
"Negara tidak boleh hanya jadi kasir untuk kekuatan asing. Kita harus mulai jadi perancang masa depan kita sendiri," tegas Haidar Alwi.
Nasionalisme Ekonomi Itu Tindakan, Bukan Slogan
Bagi Haidar Alwi, nasionalisme ekonomi bukan hanya retorika. Ia hadir saat negara mendanai riset anak negeri, saat rakyat membeli produk lokal dengan bangga, dan saat sistem ekonomi dibangun atas dasar keadilan dan keberanian.
Indonesia Menjelang Usia 80, Siap Menata Arah Baru
Usia 80 bukan akhir perjalanan, tapi titik balik. Indonesia tidak kekurangan sumber daya, tidak kekurangan kecerdasan, dan tidak kekurangan sejarah kemenangan. Yang perlu kita bangun adalah keberanian untuk bertindak, dan kemauan kolektif untuk berdiri di atas kaki sendiri.
"Jika arah ini digenggam bersama, Indonesia tidak hanya akan selamat dari gejolak global, tapi akan menjadi poros ekonomi baru, bukan karena belas kasihan dunia, tapi karena kekuatan, kerja keras, dan kebijakan yang berpihak pada bangsa sendiri," pungkas R Haidar Alwi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement