Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Harga Listrik PLTS + Baterai Segera Diatur, APLSI: Skema Ekonominya Harus Kompetitif

Harga Listrik PLTS + Baterai Segera Diatur, APLSI: Skema Ekonominya Harus Kompetitif Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Asosiasi Produsen Listrik Swasta Indonesia (APLSI) menyambut positif langkah pemerintah dalam merancang regulasi harga keekonomian untuk pembangkit listrik hybrid yang menggabungkan Energi Baru Terbarukan (EBT) dan sistem penyimpanan energi berbasis baterai atau Battery Energy Storage System (BESS).

Ketua Umum APLSI, Arthur Simatupang, mengatakan regulasi ini penting untuk mempercepat transisi energi sekaligus membuka ruang partisipasi swasta secara lebih luas dan berkelanjutan.

Arthur menyebut, pengembangan pembangkit hybrid, terutama kombinasi antara PLTS dan baterai atau energi angin dan PLTS, merupakan masa depan dari sistem kelistrikan rendah karbon di Indonesia.

Baca Juga: Pemerintah Godok Skema Tarif untuk PLTS-Baterai

Meski begitu, ia berharap agar teknologi ini benar-benar dapat menjadi alternatif pengganti pembangkit berbasis fosil, maka faktor keekonomian dan struktur pasar harus menjadi perhatian utama.

“Variable renewable energy (VRE) seperti solar PV dan wind memerlukan battery storage demi meningkatkan keandalan listrik yang dapat menggantikan fossil baseload, namun skala ekonominya harus dipertimbangkan agar bisa menjadi alternatif yang kompetitif untuk sistem kelistrikan nasional,” ujar Arthur kepada Warta Ekonomi, Senin (07/07/2025).

Dia mengatakan, dalam merancang regulasi harga listrik hybrid, pemerintah perlu menerapkan prinsip saling menguntungkan.

Hal ini penting untuk memastikan keberlanjutan investasi dan keberpihakan terhadap transisi energi tanpa membebani konsumen maupun menghambat pelaku usaha.

“Model struktur pasar juga harus adaptif dan mengikuti tren permintaan terhadap listrik rendah karbon. Setiap pengusaha pasti menantikan adanya kepastian dan arah kebijakan yang mendukung perubahan positif,” tambahnya.

Sebagaimana diketahui, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah menyusun regulasi harga keekonomian untuk sistem pembangkit listrik hybrid. Aturan ini sangat dinanti oleh para pelaku industri, mengingat selama ini belum ada kejelasan skema harga untuk kombinasi teknologi EBT dan baterai.

Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE), Eniya Listiani Dewi, mengatakan bahwa pembahasan saat ini difokuskan pada struktur harga untuk kombinasi seperti PLTS dengan baterai, atau gabungan antara PLTS dan angin.

"Kami sekarang di Kementerian ESDM sedang mendiskusikan tentang harga listriknya. Jadi, yang masih ditunggu-tunggu ini memang harga listrik untuk hybrid system, bagaimana kalau kombinasi angin dengan PLTS, PLTS dengan baterai sebagai base load, ya, itu harganya berapa? Nah, ini kita sudah mengolah sekarang,” ujar Eniya dalam acara Indonesia Best Electricity Award (IBEA) 2025, di Jakarta, dikutip Minggu, (06/07/2025).

Baca Juga: Bangun Pabrik Baterai Senilai 6 Miliar Dolar, Indonesia Kini Rumah Bagi Sembilan Produsen EV

Eniya juga mengungkapkan bahwa dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2025–2034, pemerintah menargetkan kapasitas sistem penyimpanan energi mencapai 10,3 GW. Dari angka itu, sebesar 6,0 GW akan berasal dari BESS dan sisanya 4,3 GW dari PLTA pumped storage.

”Bapak Presiden sudah meresmikan pabrik baterai yang ada di Karawang (PT CATIB). Lalu selama ini juga ada beberapa pabrik baterai. Kita harapkan itu bisa memenuhi target juga untuk menghadirkan battery energy storage system. Nah, di sini yang ingin saya garis bawahi adalah, pemakaian BESS ini memang kombinasi nanti dengan EBT untuk bisa dijadikan base load,” ujarnya.

Disisi lain, Vice President Aneka Energi Baru dan Terbarukan PLN, Dewanto. Ia menilai regulasi harga listrik hybrid sangat vital dalam mendukung program de-dieselisasi nasional, yang fokus menggantikan pembangkit diesel di wilayah terpencil dengan energi terbarukan dan baterai.

Baca Juga: Bukan Wacana Lagi, Medco Siapkan PLTS 600 MW untuk Ekspor Listrik Hijau ke Singapura

”Regulasi ini sangat penting untuk mempercepat rencana de-dieselisasi. Kami harap kami bisa mengeksekusinya dan sektor swasta bisa ikut berpartisipasi dalam program de-dieselisasi ini. Lokasi-lokasinya sangat terpencil dan program ini ditujukan untuk menggantikan diesel dengan kombinasi energi terbarukan dan baterai,” jelasnya International Conference of Infrastructure (ICI) di Jakarta, Rabu (11/06/2025).

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Djati Waluyo

Advertisement

Bagikan Artikel: