Kredit Foto: Pixabay/FrankundFrei
Wakil Menteri Ekonomi Kreatif (Wamen Ekraf) Irene Umar mengungkapkan selain kreativitas, sistem pendidikan adaptif merupakan faktor penting untuk kemajuan industri perfilman Indonesia.
Hal tersebut disampaikan Wamen Ekraf saat melakukan audiensi bersama para pendiri B Film School yang merupakan sekolah vokasi perfilman di Autograph Tower, Jakarta , beberapa waktu lalu.
Baca Juga: Kementerian Ekraf Akan Perluas Kolaborasi dengan Industri Gim Nasional
Pertemuan ini merupakan upaya Kementerian Ekraf menjembatani dunia pendidikan vokasi dengan kebutuhan industri perfilman dalam menciptakan talenta adaptif yang siap kerja.
"Kementerian Ekraf membuka ruang kolaborasi dengan berbagai lembaga pendidikan vokasi seperti B Film School. Kami percaya bahwa masa depan perfilman Indonesia tak hanya bertumpu pada kreativitas, tapi juga pada sistem pendidikan yang adaptif, terhubung dengan industri, dan responsif terhadap kebutuhan zaman. Sektor perfilman adalah bagian penting dari ekonomi kreatif yang menjadi the new engine of growth mendorong inovasi, nilai tambah, dan penciptaan lapangan kerja berkualitas bagi generasi muda," ucap Wamen Ekraf, dikutip dari siaran pers Kementerian Ekraf, Senin (7/7).
Berdiri pada Maret 2025, B Film School sebagai sekolah vokasi perfilman tengah menjalankan kegiatan belajar secara bertahap. Sekolah ini dirancang untuk mencetak talenta muda siap kerja dengan pendekatan berbasis praktik dan kolaborasi industri serta direncanakan akan diresmikan secara resmi pada tahun ini.
Wamen Ekraf Irene turut menegaskan pentingnya membangun pendekatan berbasis ekosistem dalam industri perfilman Indonesia. Dalam audiensi tersebut, dibahas juga tentang berbagai peluang kolaborasi antara B Film School dan Kementerian Ekraf seperti partisipasi dalam festival film, fasilitasi magang industri, serta riset bersama terkait tren teknologi, kebutuhan SDM, dan arah pertumbuhan perfilman Indonesia.
"Tugas kami di Kementerian Ekraf sederhana tapi krusial: menjadi makcomblang dan translator yang menerjemahkan kebutuhan industri ke dalam bahasa pendidikan, dan sebaliknya. Tidak boleh ada ego sektoral yang membuat potensi kita tidak optimal. Sudah saatnya duduk bersama, menyamakan arah, dan membentuk ekosistem yang saling menguatkan," kata Wamen Ekraf Irene.
Industri perfilman Tanah Air memang sedang meningkat. Data dari Cinepoint dan filmindonesia.or.id, jumlah penonton film lokal dari awal tahun hingga 30 Juni 2025 sudah mencapai 42,6 juta atau separuh dari tahun lalu yaitu 82,1 juta yang menjadi rekor tertinggi. Sebanyak 285 film nasional dirilis yang mencerminkan pertumbuhan pesat dan menjadikan sektor perfilman sebagai salah satu penggerak utama ekonomi kreatif.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Tag Terkait:
Advertisement