Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Harga Minyak Koreksi Tipis, Investor Dikejutkan Kenaikan Stok BBM AS

Harga Minyak Koreksi Tipis, Investor Dikejutkan Kenaikan Stok BBM AS Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Harga minyak mentah dunia ditutup lebih rendah pada Rabu (16/7). Penurunan ini terjadi karena kekhawatiran terhadap dampak ekonomi dari perang tarif dan lonjakan persediaan bahan bakar mengimbangi sinyal positif dari sisi permintaan yang hadir di Amerika Serikat (AS).

Dilansir dari Reuters, Kamis (17/7), Minyak Brent turun 0,3% ke US$68,52. Sementara West Texas Intermediate (WTI) turun 0,2% menjadi US$66,38.

Baca Juga: Catat Tanggalnya! Pertamina Eco RunFest 2025 Hadir dengan Konsep Ramah Lingkungan

Administrasi Informasi Energi AS (EIA) melaporkan bahwa stok bensin meningkat sebesar 3,4 juta barel, dan stok distilat naik 4,2 juta barel, jauh melampaui perkiraan yang hanya sebesar 200.000 barel.

Sementara itu, persediaan minyak mentah turun sebesar 3,9 juta barel menjadi 422,2 juta barel, melebihi ekspektasi penurunan sebesar 552.000 barel.

"Pasar kecewa melihat kenaikan besar dalam persediaan bensin dan distilat, padahal kilang beroperasi mendekati tingkat tertinggi tahun ini," ujar Presiden Lipow Oil Associates, Andrew Lipow.

Ia juga menyayangkan penurunan permintaan bensin setelah libur 4 Juli. Padahal moment tersebut merupakan puncak musim berkendara musim panas di AS. Data menunjukkan jumlah produk yang disuplai untuk bensin turun 670.000 barel per hari menjadi 8,5 juta bph.

Perang tarif juga terus menciptakan ketidakpastian. Uni Eropa bersiap membalas jika pembicaraan dagang tak membuahkan hasil dengan Washington.

Futures suku bunga jangka pendek juga naik setelah laporan terkait dengan rencana pemecatan sosok dari Ketua The Fed Jerome Powell. Namun Presiden Amerika Serikat, Donald Trump telah membantah kabar pemecatan tersebut, namun enggan menutup kemungkinan.

Ia memicu spekulasi penurunan suku bunga mulai September, dan satu lagi menyusul sebelum akhir tahun. Kebijakan suku bunga yang lebih rendah biasanya mendorong aktivitas ekonomi dan permintaan energi.

Adapun Federal Reserve dalam laporan terbarunya menyebutkan bahwa aktivitas ekonomi meningkat sedikit dalam beberapa minggu terakhir, meski prospek tetap netral hingga agak pesimistis.

Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) memperkirakan bahwa ekonomi global akan membaik pada paruh kedua tahun ini, dengan ekspektasi bisa dilampaui oleh Brasil, China, dan India. Sementara Amerika Serikat dan Uni Eropa mulai pulih dari tekanan tahun lalu.

Kilang China dikabarkan akan meningkatkan produksi setelah perawatan, guna memenuhi lonjakan permintaan bahan bakar kuartal ketiga dan mengisi ulang stok bensin dan solar yang berada di level terendah dalam beberapa tahun. Permintaan minyak negara tersebut pada semester pertama tahun ini tumbuh 400.000 bph secara tahunan menjadi 17,2 juta bph.

Baca Juga: Pertamina Gelar Pertamuda Seed & Scale 2025, Siapkan Mahasiswa Jadi Pengusaha Energi Global

Di sisi pasokan, pasar minyak dikejutkan oleh serangan drone di Kurdistan, Irak. Ia telah mengganggu produksi minyak sebesar 140.000–150.000 barel per hari, setelah infrastruktur rusak dan memaksa beberapa ladang minyak ditutup sementara.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: