- Home
- /
- Kabar Finansial
- /
- Bursa
Saham Wall Street Mulai Bergejolak, Pasar Bersiap Hadapi Dampak Negosiasi Tarif AS
Kredit Foto: Istimewa
Bursa Amerika Serikat (Wall Street) kembali mencetak rekor meski mencatatkan perdagangan yang volatil pada Senin (28/7). Hal ini terjadi seiring antusiasme pasar terhadap kesepakatan dagang serta bersiapnya investor menghadapi pekan yang penuh katalis ekonomi penting di Amerika Serikat (AS).
Dilansir dari Reuters, Selasa (29/7), berikut ini adalah catatan pergerakan harga dari sejumlah komoditas utama logam mulia global:
- S&P 500 (SPX): naik tipis 0,02% ke 6.389,77.
- Nasdaq Composite (IXIC): menguat 0,33% ke 21.178,58.
- Dow Jones Industrial Average (DJIA): melemah 0,14% ke 44.837,56.
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengumumkan kerangka kesepakatan dagang baru, yang memangkas tarif impor zona euro menjadi 15%.
Kesepakatan ini menyusul serangkaian perjanjian perdagangan dengan negara lain dalam beberapa hari terakhir, termasuk Jepang dan Indonesia. AS juga tengah berupaya memperpanjang gencatan perang tarif dengan China.
"Ini membawa perasaan lega karena tidak terjadi bencana, seperti jika tarif drastis benar-benar diberlakukan," ujar Chief Investment Officer Certuity, Scott Welch.
"Namun, terlalu dini untuk menilai dampak jangka panjangnya. Setidaknya ini lebih baik daripada alternatif sebelumnya, jadi semoga bisa berlanjut," tambahnya.
Kenaikan pasar juga ditopang oleh sentimen positif terhadap perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI), sejumlah kesepakatan dagang, serta indikasi awal bahwa musim laporan keuangan kuartal ini mungkin lebih baik dari perkiraan.
Pasar kini mengalihkan perhatian ke pengumuman kebijakan suku bunga dari The Federal Reserve (The Fed). Bank sentral itu diperkirakan akan menahan suku bunga tetap, meskipun terus ada tekanan untuk menurunkan suku bunga.
Baca Juga: Bursa Eropa Melemah, Pasar Saham Khawatirkan Dampak Kesepakatan Tarif AS
Sejumlah data ekonomi utama juga akan dirilis pekan ini, termasuk Personal Consumption Expenditures (PCE) dan laporan ketenagakerjaan pemerintah, untuk menilai dampak tarif terhadap harga konsumen dan pasar tenaga kerja.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement