Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Fenomena menurunnya daya beli masyarakat kian terasa di tengah perlambatan ekonomi nasional. Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menilai kondisi ini tercermin dari maraknya perilaku konsumen yang hanya melihat-lihat atau bertanya di pusat perbelanjaan tanpa membeli, yang dikenal dengan istilah "Rojali" (rombongan jarang beli) dan "Rohana" (rombongan hanya nanya).
“Fenomena ini makin sering terjadi di mal-mal. Masyarakat lebih berhati-hati membelanjakan uangnya, atau hanya membandingkan harga sebelum beralih ke e-commerce,” kata Abra Talattov, Kepala Pusat Pangan, Energi, dan Pembangunan Berkelanjutan INDEF dalam diskusi publik, Selasa (29/7/2025).
Baca Juga: Daya Beli Melemah, Strategi Marketing Berbasis Data jadi Kunci Jawab Tantangan
Abra menyebut, pola konsumsi tersebut menunjukkan kecenderungan masyarakat menjaga pendapatan dan tabungan secara ketat. Sebagian dari mereka hanya mengecek barang secara fisik di toko sebelum membeli melalui platform digital.
INDEF menilai, perubahan perilaku konsumen ini menjadi alarm dini bagi sektor ritel, baik konvensional maupun digital. Toko fisik mengalami penurunan omzet, sementara sektor e-commerce juga mulai stagnan akibat konsumen sekadar menjelajah tanpa bertransaksi.
Baca Juga: Misbakhun: Kebijakan Cukai Tinggi Berpotensi Tekan Daya Beli dan Turunkan Penerimaan Negara
Gejala ini muncul di tengah tekanan ekonomi yang memburuk. Pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal I-2025 tercatat di bawah 5%, jauh dari target pemerintah. Sementara itu, angka kemiskinan perkotaan naik menjadi 6,73% per Maret 2025, dari sebelumnya 6,6% pada September 2024.
INDEF mencatat, stagnasi pendapatan masyarakat urban, kenaikan harga bahan pokok, tarif transportasi, dan biaya perumahan menjadi faktor utama melemahnya konsumsi rumah tangga.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Azka Elfriza
Editor: Annisa Nurfitri
Advertisement