Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

AI Bukan Pengganti, Tapi Pendongkrak Kerja! Pemerintah Tegaskan Fokus ke Produktivitas

AI Bukan Pengganti, Tapi Pendongkrak Kerja! Pemerintah Tegaskan Fokus ke Produktivitas Kredit Foto: Azka Elfriza
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) semakin masif di berbagai sektor. Namun, pemahaman tentang perannya dalam dunia kerja masih perlu diluruskan. Pemerintah dan pelaku industri menegaskan bahwa AI bukanlah alat untuk menggantikan manusia, melainkan akselerator yang mendorong efisiensi dan produktivitas tenaga kerja.

Direktur Tata Kelola Aplikasi Informatika KOMDIGI, Aries Kusdaryono, menekankan bahwa AI berperan menunjang pekerjaan, bukan mengambil alih. 

“Kemudian dari kita lihat bagaimana AI itu menunjang dari sisi pekerjaan dan juga tidak menggantikan pekerjaan itu sendiri,” ujarnya dalam diskusi publik di Menara Danareksa, Kamis (31/7/2025).

Dalam konteks pemerintahan, penggunaan AI difokuskan untuk memperkuat sistem pemerintahan berbasis elektronik (SBDE) agar lebih efisien dan terintegrasi.

Baca Juga: INDEF: Lima Tahun ke Depan, 18 Persen Pekerja Indonesia Akan Pakai AI

Selain itu, pemerintah juga telah melalui perjalanan panjang dari sistem manual ke e-Government dan kini terus menuju digitalisasi penuh. Transformasi ini membuka peluang besar untuk mengimplementasikan AI secara luas dan sistematis.

“Sehingga di sisi pemerintah dengan penggunaan AI ini akan lebih pada substansi daripada administrasi dan sebagainya,” jelas Aries.

Sementara itu, Direktur Pengembangan Bisnis dan Business Matching KORIKA, Arief Kusuma, menilai bahwa AI telah menjadi bagian tak terpisahkan dari produktivitas sehari-hari. Ia mencontohkan bagaimana dirinya menggunakan AI dalam proses menulis dan pengambilan keputusan bisnis.

“AI menurut saya jauh lebih akselerator, jadi akselerator dan productivity-nya luar biasa,” ungkap Arief.

KORIKA juga tengah merampungkan roadmap AI 2025–2030 yang dikoordinatorkan oleh KOMDIGI. Upaya ini bertujuan mendorong pemanfaatan AI secara bertanggung jawab, dengan tetap menjaga peran sentral manusia dalam proses kreatif dan pengambilan keputusan strategis.

Menurut Arief, tantangan terbesar bukan pada teknologinya, melainkan pada aspek etika, kebijakan, dan kesiapan kelembagaan. “Finishing touch-nya itu adalah di manusia,” tegasnya.

Baca Juga: AI Bisa Berikan Kontribusi Senilai Rp1.800 Triliun untuk Ekonomi Indonesia

Dengan pendekatan kolaboratif dan prinsip kehati-hatian, AI diproyeksikan tidak hanya mempercepat kerja, tetapi juga membuka ruang bagi pekerja untuk fokus pada nilai-nilai subtantif yang tak tergantikan oleh mesin.

Sesuai dengan hasil survei Public First yang dipaparkan oleh Adrian Suharto, Direktur Asia Pasifik, Robertsbridge (Affiliate of Public First) bahwa mayoritas pekerja Indonesia menunjukkan minat tinggi untuk beradaptasi dengan teknologi.

Hal ini ditujukan dari hasil bahwa ada 90% orang yang ingin memahami cara kerja AI, 88% ingin mengetahui penerapan praktisnya, dan 89% ingin tahu cara menyusun prompt secara optimal.

"Kita lihat, Indonesia memiliki populasi yang sangat dinamis dan optimis dengan generasi muda yang sangat entusias yang siap memanfaatkan peluang ini," ujarnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Azka Elfriza
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: