Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Transformasi Berlanjut, Kimia Farma Tekan Beban dan Siap Tumbuh Positif di 2025

Transformasi Berlanjut, Kimia Farma Tekan Beban dan Siap Tumbuh Positif di 2025 Kredit Foto: Kimia Farma
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Kimia Farma Tbk (KAEF) mencatat penurunan rugi bersih sebesar 11% pada kuartal I/2025 seiring langkah efisiensi dan transformasi bisnis yang dijalankan perseroan. Kerugian tercatat sebesar Rp126,44 miliar, lebih rendah dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp141,84 miliar.

Efisiensi biaya produksi dan operasional menjadi kunci perbaikan kinerja keuangan emiten farmasi milik negara ini. Sepanjang Januari–Maret 2025, beban pokok penjualan (COGS) turun 2% menjadi Rp1,43 triliun dari sebelumnya Rp1,71 triliun. Beban usaha juga berhasil ditekan 11% menjadi Rp763,26 miliar dibandingkan kuartal I/2024 sebesar Rp855,40 miliar.

“Kimia Farma berkomitmen terus berinovasi dalam produk dan layanan kesehatan demi mendukung kesehatan masyarakat dan mendorong kemandirian sektor kesehatan nasional,” kata Direktur Utama Kimia Farma Djagad Prakasa Dwialam dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan dan Public Expose, Rabu (30/7/2025).

Baca Juga: Tok! Kimia Farma Putuskan Pergantian Pengurus

Sepanjang 2024, perseroan juga membukukan efisiensi yang signifikan dengan penurunan COGS sebesar 1% secara tahunan (year-on-year/YoY), serta beban usaha yang turun 15,68% YoY.

Selain efisiensi, Kimia Farma juga mendorong inovasi sebagai strategi pertumbuhan. Perseroan bekerja sama dengan RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dan peneliti Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dalam pengembangan sel punca (stem cell) untuk terapi medis masa depan, termasuk untuk pengobatan ortopedi, saraf kejepit, dan urologi. Fasilitas produksi stem cell Kimia Farma telah memperoleh sertifikasi Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dari BPOM sejak 2024.

Kimia Farma juga memperkenalkan inovasi produk injeksi pereda nyeri Fentakaf, yang diharapkan dapat mengurangi ketergantungan terhadap impor obat anestesi. Produk ini merupakan bagian dari kontribusi Kimia Farma, sebagai bagian dari Holding BUMN Farmasi, dalam memperkuat ketahanan sektor kesehatan dalam negeri.

Baca Juga: Raih Penjualan Rp9,93 Triliun, Kimia Farma (KAEF) Berhasil Pangkas Rugi pada 2024

Djagad menyatakan bahwa perusahaan akan terus memperkuat segmen manufaktur, distribusi, ritel farmasi, dan layanan kesehatan sebagai bagian dari strategi fundamental. Ia optimistis permintaan pasar farmasi, khususnya obat generik bermerek, masih tumbuh seiring naiknya kontribusi sektor kesehatan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan belanja kesehatan per kapita nasional.

Namun, Djagad juga menyoroti tantangan industri, termasuk persaingan harga dan kualitas produk yang kian ketat. Oleh sebab itu, Kimia Farma menjalankan transformasi menyeluruh melalui enam pilar utama: penguatan modal kerja, peningkatan kompetensi SDM, digitalisasi proses bisnis, efisiensi operasional, penguatan tata kelola perusahaan (GCG), dan sinergi antar entitas dalam grup usaha.

Transformasi ini ditujukan agar Kimia Farma menjadi perusahaan yang lebih adaptif dan kompetitif, serta mampu menciptakan nilai tambah berkelanjutan di tengah dinamika industri farmasi yang terus berkembang.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: