Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Suksesnya Djimanto Membangun Piero, Brand Sepatu dari Yogyakarta Bukan Italia

Suksesnya Djimanto Membangun Piero, Brand Sepatu dari Yogyakarta Bukan Italia Kredit Foto: Piero
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bagi banyak orang, mendengar nama “Piero” mungkin langsung terlintas bayangan merek Italia atau sosok legenda sepak bola Alessandro Del Piero. Padahal, anggapan itu salah besar. 

Piero sejatinya adalah brand sepatu lokal asli Indonesia, tepatnya lahir dari Yogyakarta pada 1999 dan dibangun dengan tekad kuat oleh seorang pengusaha bernama Djimanto.

Perjalanan Piero berawal di tengah krisis moneter 1998. Saat itu, Djimanto menjabat Ketua Asosiasi Persepatuan Indonesia (APRISINDO). Industri sepatu terpukul hebat, banyak pabrik bangkrut, masuk daftar sitaan BPPN, atau terbelit utang BLBI. Salah satunya adalah pabrik Star Moon yang kala itu berada di ambang kehancuran.

Djimanto tak ingin industri sepatu lokal mati begitu saja. Ia kemudian membeli pabrik tersebut dengan harga miring, sekaligus memikul tanggung jawab terhadap 3.000 pekerjanya. Masalahnya, pesanan sepatu sedang anjlok drastis. 

Dalam rapat direksi, ia menegaskan satu hal, “Sing penting urip pabrik, karena 3.000 karyawan bakal kesusahan kalau nggak urip.” Dari kata “urip” (hidup) inilah nama awal “Oerip” tercetus, sebelum diubah menjadi “Piero” demi terdengar lebih komersial.

Langkah itu terbukti tepat. Perlahan, pabrik kembali hidup. Menariknya, di awal 2000-an, popularitas Alessandro Del Piero membuat nama merek ini ikut melambung. 

Meski begitu, tantangan tetap datang. Tahun 2005, ketika pemerintah membuka keran impor sepatu dari China, Piero terpukul hingga terpaksa memangkas setengah jumlah karyawannya. Namun, berkat strategi bisnis yang cermat, Piero bangkit kembali dan tetap bertahan di pasar domestik.

Kini, setelah lebih dari 20 tahun, Piero bukan sekadar bertahan melainkan berkembang pesat. Gerai dan distribusinya menjangkau berbagai daerah di Indonesia, sementara inovasi produk terus dilakukan. Misalnya, pada awal 2023, Piero merilis lima varian sepatu Jogger edisi spesial ulang tahun ke-8, yang dipasarkan melalui situs resmi dan berbagai official store di marketplace.

Piero juga aktif berkolaborasi. Salah satu contohnya adalah kerja sama dengan Specs untuk koleksi musim semi-panas (Spring Summer) 2025, serta menggandeng pemain sepak bola seperti gelandang Persib Bandung sebagai brand ambassador. Strategi ini membuktikan bahwa Piero tidak hanya fokus pada kualitas produksi, tetapi juga pemasaran yang adaptif.

Uniknya, Piero tak pernah berusaha mengoreksi kesalahpahaman publik soal asal-usul namanya. Sebaliknya, mereka memanfaatkan kesan “brand Eropa” untuk menambah daya tarik, sambil tetap bangga dengan identitasnya sebagai merek Yogyakarta.

Kisah Piero adalah bukti bahwa merek lokal bisa bersaing, bahkan lahir dari situasi tersulit sekalipun. Dari pabrik hampir bangkrut di tengah krisis, menjadi merek sepatu yang dipercaya jutaan orang.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Amry Nur Hidayat

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: