Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Cerita Sukamdani Sahid Gitosardjono Membangun Bisnis, dari Percetakan di Kontrakan hingga Konglomerasi Sahid Group

Cerita Sukamdani Sahid Gitosardjono Membangun Bisnis, dari Percetakan di Kontrakan hingga Konglomerasi Sahid Group Kredit Foto: Espos
Warta Ekonomi, Jakarta -

Nama Sukamdani Sahid Gitosardjono mungkin tak sepopuler merek-merek yang ia bangun, namun kiprahnya telah mengubah wajah industri perhotelan, pendidikan, dan media di Indonesia. 

Pendiri Sahid Group ini lahir di Solo, 14 Maret 1928, dari keluarga sederhana. Ayahnya seorang tukang jahit, ibunya mengelola toko kelontong. Sejak kecil, ia sudah terbiasa membantu orang tua untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, bahkan di usia delapan tahun ia sudah menabung dari hasil beternak. 

Pada masa perjuangan kemerdekaan, Sukamdani aktif mengumpulkan kebutuhan pokok untuk tentara. Dari pengalaman itu, ia menyadari bahwa bisnis bukan sekadar mencari untung, melainkan bisa menjadi sarana kontribusi bagi bangsa. 

Perjalanan kariernya dimulai pada 1945 sebagai pamong praja di Kecamatan Grogol, Sukoharjo, sambil berjualan makanan untuk tentara. Ia kemudian pindah ke Kementerian Dalam Negeri sebelum memutuskan menjadi pengusaha. 

Kesempatan emas datang saat bekerja di NV Harapan Masa milik PGRI, tempat ia mempelajari seluk-beluk percetakan.

Baca Juga: Cerita Jensen Huang Memulai NVIDIA hingga Sukses Jadi Miliarder dan Merevolusi Dunia Teknologi

Pada 1952, setelah menikah dengan Juliah Sukamdani dari keluarga Mangkunegaran, ia mendirikan percetakan kecil di rumah kontrakan. Meski sang istri berasal dari keluarga berada, ia memilih membangun kesuksesannya sendiri. 

Enam tahun kemudian, usahanya berkembang menjadi CV Masyarakat Baru, yang melayani percetakan untuk lembaga pemerintah seperti Departemen Dalam Negeri dan Departemen Keuangan.

Keberhasilan di bisnis percetakan memberinya modal untuk ekspansi. Pada 1965, ia mendirikan Hotel Sahid pertama di Solo, berdiri di atas tanah rumah kontrakannya dulu. Untuk menaungi bisnis ini, ia membentuk PT Hotel Sahid Jaya International pada 1969. Kini, jaringan Sahid Hotels mengelola lebih dari 20 hotel di seluruh Indonesia dan bahkan satu properti di Bukhara, Uzbekistan.

Baca Juga: Perjalanan Sabana Prawirawidjaja Sukses Membesarkan Ultrajaya, Mengenalkan Buavita dan Teh Kotak

Tak puas dengan satu sektor, Sukamdani mengembangkan Sahid Group ke berbagai bidang, seperti properti, manufaktur tekstil, dan media. Bersama Ciputra Group, Salim Group, dan Eric F.H. Samola, ia ikut mendirikan Bisnis Indonesia pada 1985. Di sektor properti, salah satu proyek ikoniknya adalah Sahid Sudirman Center di Jakarta.

Filosofi “bisnis harus bermanfaat” diwujudkan lewat Yayasan Sahid Jaya, yang ia dirikan pada 1977 untuk kesejahteraan, pendidikan, dan sosial. Di bawah yayasan ini lahirlah Politeknik Sahid (1983), Universitas Sahid Jakarta, SMK Sahid, dan Pondok Pesantren Modern Sahid. Fokusnya pada pendidikan pariwisata menjadikan Sahid sebagai pelopor dalam mempersiapkan tenaga kerja profesional di bidang ini.

Setelah wafat pada 2017, tongkat estafet kepemimpinan Sahid Group dipegang oleh generasi kedua, yaitu Hariyadi Sukamdani sebagai Presiden Direktur dan Wiryanti Sukamdani sebagai Komisaris Utama. Mereka meneruskan tradisi memberi kebebasan bagi anggota keluarga untuk bekerja di luar perusahaan terlebih dahulu sebelum masuk ke jajaran manajemen, sambil membuka peluang bagi profesional non-keluarga di posisi strategis.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Amry Nur Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: