Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Cerita Handojo Santosa Menyelamatkan JAPFA Saat Krisis Moneter hingga Jadi Raksasa Agribisnis

Cerita Handojo Santosa Menyelamatkan JAPFA Saat Krisis Moneter hingga Jadi Raksasa Agribisnis Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Nama Handojo Santosa mungkin sudah tidak asing di dunia bisnis Indonesia, khususnya di industri agri-food. Di bawah kepemimpinannya, PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JAPFA) berhasil tumbuh dari bisnis pakan ternak menjadi salah satu perusahaan agribisnis terintegrasi terbesar di Asia, dengan produk yang dikenal luas seperti sosis So Nice, nugget So Good, dan susu segar Greenfields.

Perjalanan Handojo di JAPFA dimulai pada tahun 1986 sebagai Manajer Divisi Minyak Nabati di Tanjung Perak, Surabaya. Kariernya melesat cepat hanya dalam tiga tahun, pada usia 25 tahun, ia diangkat menjadi Wakil Presiden Direktur. Latar belakang bisnisnya tidak lepas dari pengaruh ayahnya, Ferry Teguh Santosa, pendiri Ometra Group.

Tantangan besar datang pada 1997 ketika krisis moneter Asia melanda. Ometra Group tumbang, namun Handojo memilih fokus mempertahankan JAPFA. Alih-alih melakukan PHK massal seperti banyak perusahaan lain, ia justru menjaga karyawan dan membangun budaya kerja kolaboratif. Keputusan ini menjadi pondasi penting yang membuat JAPFA tidak hanya bertahan, tetapi juga tumbuh pesat setelah krisis.

Pasca-krisis, Handojo memperkuat model bisnis integrasi vertikal, yaitu mengendalikan seluruh rantai produksi dari hulu (pakan dan pembibitan), tengah (peternakan), hingga hilir (pengolahan produk). Strategi ini menekan risiko fluktuasi harga bahan baku dan memastikan konsistensi kualitas produk. Ia juga melakukan diversifikasi berani, termasuk masuk ke pasar susu segar melalui Greenfields, yang kini menjadi salah satu merek terkemuka dan diekspor ke berbagai negara.

Langkah global signifikan dilakukan pada 2014 dengan mencatatkan Japfa Ltd. di Bursa Efek Singapura. Keputusan ini membuka akses pendanaan internasional dan memperkuat tata kelola perusahaan. Sebagai warga negara Siprus yang berdomisili di Singapura, Handojo memanfaatkan posisinya untuk membawa JAPFA ke panggung global.

Baca Juga: Cerita Suksesnya Harry Susilo, dari Bisnis Kerupuk hingga Gurita Bisnis Sekar Group

Di bidang manajemen risiko, Handojo memimpin JAPFA mengantisipasi tantangan industri seperti wabah penyakit ternak dengan pendekatan proaktif. Salah satunya adalah memproduksi vaksin hewan sendiri melalui PT Vaksindo Satwa Nusantara, menjadikan risiko sebagai peluang keunggulan kompetitif.

Hasilnya, JAPFA berkembang dari perusahaan pakan ternak menjadi raksasa agribisnis yang juga memproduksi daging ayam, daging sapi, ikan, udang, hingga berbagai produk olahan bernilai tambah. Produk-produknya kini hadir di pasar Asia, Amerika, Afrika, dan Eropa.

Pada 18 April 2019, Handojo diangkat menjadi Ketua Eksekutif Dewan JAPFA Group. Tugasnya meliputi pengelolaan bisnis di seluruh ekosistem JAPFA, perumusan kebijakan, serta pengawasan strategi dan perkembangan perusahaan. Di bawah kepemimpinannya, JAPFA terus memperkuat posisinya sebagai salah satu pemain utama di industri agri-food Asia.

Handojo Santosa wafat pada 26 September 2022. Namun, warisan kepemimpinannya tetap hidup melalui budaya perusahaan yang ia bangun, berpusat pada manusia sebagai aset paling berharga, inovasi berkelanjutan, dan sinergi antarunit bisnis. Filosofi dan strategi yang ia rancang terus menjadi panduan JAPFA dalam menghadapi tantangan sekaligus meraih peluang di masa depan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Amry Nur Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: