Kredit Foto: Dok. KKP
Penggunaan teknologi dalam kegiatan perikanan tidak hanya untuk meningkatkan jumlah produksi, tapi juga memastikan budi daya sesuai dengan prinsip berkelanjutan.
Sehingga Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengoptimalkan peran teknologi untuk mendukung produksi perikanan mulai hulu hingga hilir.
Baca Juga: Kolaborasi Dukung Pariwisata Hijau, Menjaga Kabupaten Langkat Sebagai Paru-Paru Dunia
Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya, Tb Haeru Rahayu memaparkan, pemanfaatan teknologi digital seperti Internet of Things (IoT) untuk pemantauan kualitas air, pakan otomatis, hingga penyediaan sarana dan prasarana budidaya serta pemasaran online, terbukti mendongkrak produktivitas akuakultur.
Program unggulan perikanan budi daya yang memanfaatkan inovasi teknologi diantaranya modeling budidaya udang berbasis kawasan (BUBK) di Kebumen, kemudian ada juga modeling budidaya tilapia, rumput laut, lobster, dan kepiting.
KKP juga tengah menjalankan program revitalisasi lahan budidaya kurang produktif di sejumlah wilayah Jawa Barat, serta pembangunan Kampung Perikanan Budi Daya.
“Kolaborasi dengan Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), perguruan tinggi, dan lembaga penelitian diharapkan dapat mendorong berbagai inovasi seperti varietas ikan tahan penyakit, pakan fungsional, hingga teknologi budidaya adaptif dan ramah lingkungan,” ungkap Dirjen Tebe, dikutip dari siaran pers KKP, Jumat (22/8).
Belum lama ini, Dirjen Tebe hadir dalam Konvensi Sains, Teknologi dan Industri Indonesia (KSTI) 2025. Menurutnya ajang ini bagus untuk bersinergi serta mendorong lahirnya beragam inovasi teknologi, khususnya yang dapat membantu produktivitas perikanan nasional.
Konsep Blue Food
KKP berkomitmen mengoptimalkan potensi blue food sebagai bagian dari ketahanan pangan nasional. Berdasarkan informasi Ocean Panel (2020) dan World Economic Forum (2021), blue food bukan sekadar sumber protein, melainkan kaya mineral, vitamin, iodium, zat besi, kalsium, seng, hingga Omega-3.
“Lebih dari 2.500 spesies biota laut berpotensi menjadi pangan berkelanjutan dengan jejak karbon rendah. Lebih dari 3 miliar orang bergantung pada blue food untuk protein dan nutrisi, sementara 800 juta rumah tangga menggantungkan mata pencaharian padanya,” jelas Dirjen Tebe.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Advertisement