Coinfest Asia 2025 Bawa Inovasi dan Kolaborasi untuk Mendukung Ekosistem Kripto dan Web3
Kredit Foto: Istimewa
Indonesia berupaya memperkuat posisinya sebagai pusat ekonomi digital kripto di Asia melalui ajang Coinfest Asia 2025 yang digelar di Nuanu Creative City, Bali, pada 21–22 Agustus 2025. Festival kripto dan Web3 terbesar dunia ini menghadirkan lebih dari 150 pembicara global, termasuk pimpinan industri kripto seperti Ben Zhou (CEO Bybit), Stephan Lutz (CEO BitMEX), Rachel Conlan (CMO Binance), dan William Sutanto (CEO Indodax).
Coinfest Asia berlangsung di tengah pertumbuhan signifikan aset kripto global. Data Tangem mencatat hingga Juli 2025 terdapat lebih dari 37 juta aset kripto yang beredar dan diperkirakan menembus 100 juta pada akhir tahun. Deloitte melaporkan 85% merchant menganggap kripto dapat menjangkau pelanggan baru, sementara 77% memanfaatkannya untuk menekan biaya transaksi. Beberapa perusahaan global seperti Microsoft, Paypal, dan Starbucks telah mengintegrasikan pembayaran kripto.
Baca Juga: Andrew Hidayat Dorong Remitansi dan Pinjaman Berbasis Kripto
Di Indonesia, kripto telah diakui sebagai komoditas yang dapat diperdagangkan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat jumlah investor kripto mencapai 13,71 juta per Maret 2025, dengan nilai transaksi menembus Rp32,45 triliun pada Mei 2025. Angka ini menegaskan kontribusi kripto terhadap pertumbuhan ekonomi digital nasional.
CEO Aries Technologies, Fandy Effendi, menekankan pentingnya strategi investasi terarah di tengah tingginya volatilitas kripto. “Pengalaman investasi yang baik tidak datang dari mengejar harga, tapi dari proses yang terarah, transparan, dan disiplin,” ujarnya. Pihaknya mengenalkan kerangka 3S (Simple, Systematic, Safety-first) untuk membantu investor mengelola aset kripto dengan lebih aman.
Namun, aspek keamanan blockchain tetap menjadi perhatian. CEO Cybershield.ID, Hendri Arifin, menyoroti kerentanan smart contract dan blockchain bridges. “Teknologi blockchain aman secara desain, tapi tetap bergantung pada eksekusi teknis dan faktor manusia,” katanya. Ia mencontohkan kasus peretasan Ronin Bridge yang merugikan US$625 juta pada 2022.
Baca Juga: Indonesia Siapkan Insentif Pajak untuk Tarik Investor Kripto Global
Dari sisi ekosistem pembayaran, CMO Yukk.co.id, Ngo Agustino, menyebut Web3 sebagai evolusi internet yang membawa integritas data, identitas terverifikasi, dan privasi pengguna. “Bagi kami ini bukan ancaman, justru peluang untuk berkolaborasi dengan pelaku industri Web3,” ucapnya.
CEO Kolony.id, Ochi April, menilai pertumbuhan Web3 di Indonesia masih menghadapi tantangan berupa informasi simpang siur dan kesenjangan talenta. “Peran media sangat penting untuk memberi edukasi yang memberdayakan dan pemasaran yang terukur,” jelasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait:
Advertisement