Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Transaksi di Bursa Karbon RI Baru Rp29,6 Miliar, Regulasi Dinilai Masih Menghambat

Transaksi di Bursa Karbon RI Baru Rp29,6 Miliar, Regulasi Dinilai Masih Menghambat Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat lonjakan transaksi karbon sebesar 493% sepanjang 2025. Hingga 22 Agustus, volume perdagangan karbon mencapai 699 ribu ton setara CO₂ dengan nilai Rp29,6 miliar, jauh lebih tinggi dibanding periode sama tahun lalu.

Kepala Divisi Pengembangan Bisnis 2 BEI, Ignatius Denny Wicaksono, menjelaskan peningkatan signifikan ini dipicu bertambahnya partisipasi pelaku pasar, baik korporasi maupun individu. Sejak awal tahun, tercatat 26 perusahaan dan 12 individu aktif memperdagangkan unit karbon melalui platform IDXCarbon.

Sejalan dengan itu, Indonesia juga resmi meluncurkan perdagangan karbon internasional pada 20 Januari 2025. Dengan sistem bursa ganda, Indonesia kini mengoperasikan pasar karbon domestik dan internasional yang terintegrasi dengan Sistem Registri Nasional Pengendalian Perubahan Iklim (SRN) milik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK). Skema ini memungkinkan kredit karbon nasional diperdagangkan lintas batas, termasuk ke Jepang, Singapura, serta melalui registri global seperti Gold Standard.

Baca Juga: Karbon Hutan dan Pertanian Bisa Dijual? BEI: Siap Akomodasi!

Meski mencatat kinerja positif, pengembangan pasar karbon nasional masih menghadapi tantangan regulasi. Denny menilai sejumlah aturan perlu direvisi, antara lain terkait akses pelaku asing, lambatnya validasi proyek kehutanan, serta belum jelasnya implementasi pajak karbon.

“Insentif fiskal bagi pembeli karbon juga belum tersedia, padahal ini penting untuk mendorong lebih banyak korporasi ikut serta,” kata Denny, Senin (25/8/2025).

Hingga saat ini, proyek karbon yang diperdagangkan masih didominasi badan usaha milik negara (BUMN), terutama di sektor energi dan pupuk. Sementara itu, lebih dari 50 proyek baru masih dalam antrean verifikasi sebelum masuk ke pasar.

Baca Juga: Dua Tahun Berjalan, Transaksi Bursa Karbon Hanya Rp77,96 Miliar

Dengan target transaksi 3 juta ton setara CO₂ di akhir tahun, BEI tetap optimistis pencapaian 2025 akan meningkat. Namun hingga Agustus, realisasi baru mencapai seperempat dari target tersebut.

“Kami melihat tren positif. Tantangannya ada di sisi regulasi dan percepatan pencatatan proyek,” ujar Denny.

Ia menambahkan, bila hambatan tersebut dapat diatasi, Indonesia berpeluang memperkuat posisinya di bursa karbon regional, menyalip Malaysia, sekaligus memperkecil jarak dengan Jepang yang masih menjadi pasar terbesar di Asia.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: