Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Cerita Paul Van Doren Membangun VANS, Pekerja Pabrik Sepatu yang Sukses Punya Merek Sendiri

Cerita Paul Van Doren Membangun VANS, Pekerja Pabrik Sepatu yang Sukses Punya Merek Sendiri Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Perjalanan panjang merek VANS dimulai dari mimpi seorang pria bernama Paul Van Doren, yang kemudian melahirkan ikon budaya.

Paul Van Doren lahir pada 12 Juni 1930 di Boston, Massachusetts. Di usia 16 tahun, ia memutuskan berhenti sekolah dan menghabiskan waktu di arena balap kuda. Hobinya ini bahkan membuatnya dijuluki “Dutch the Clutch.” 

Namun, sang ibu melihat jalan hidup yang lebih baik untuk Paul dan mendaftarkannya bekerja di sebuah pabrik sepatu bernama Randy’s. Di pabrik itu, Paul memulai dari posisi paling rendah sebagai petugas kebersihan. Namun, kerja keras dan ketekunannya membuat ia cepat naik jabatan. 

Selama 20 tahun berkarier di sana, Paul bahkan berhasil mengangkat kembali pamor Randy’s hingga dipercaya menjadi wakil presiden perusahaan. Meski sukses, Paul akhirnya memilih keluar untuk membangun mimpinya sendiri.

Pada 16 Maret 1966, Paul bersama adiknya Jim Van Doren dan dua rekannya mendirikan The Van Doren Rubber Company di Anaheim, California. Dari toko kecil itu, VANS lahir. Model bisnis yang mereka usung terbilang unik, yaitu sepatu diproduksi langsung di tempat dan dijual ke konsumen tanpa perantara.

Pada hari pertama, hanya ada 12 pelanggan. Paul pun membuatkan sepatu mereka langsung karena hanya ada contoh model di rak pajangan. Konsep factory-direct ini bukan hanya memangkas biaya, tapi juga menanamkan nilai kejujuran dan keterbukaan yang hingga kini melekat pada DNA VANS.

Awalnya, VANS tidak dirancang khusus untuk skateboard. Namun, pada awal 1970-an, komunitas skater California Selatan mulai mengadopsinya. Sol waffle yang kuat dan daya cengkeram luar biasa membuat sepatu ini jadi favorit mereka.

Baca Juga: Cerita Takaya Awata Membangun Marugame Udon, dari Drop Out Kuliah hingga Sukses Punya Ribuan Gerai Kuliner

Kolaborasi besar terjadi pada 1976 saat VANS bekerja sama dengan Tony Alva dan Stacy Peralta, melahirkan model Era, sepatu pertama yang khusus dibuat untuk skateboard. Dari sini pula lahir slogan legendaris “Off the Wall”, yang menggambarkan semangat menantang batas.

Nama VANS makin mendunia ketika Sean Penn mengenakan Slip-On checkerboard di film Fast Times at Ridgemont High (1982). Meski sempat jatuh bangkrut pada 1984 akibat diversifikasi yang berlebihan, VANS berhasil bangkit dengan kembali ke akar, yaitu komunitas, kualitas, dan otentisitas.

Di Indonesia, perjalanan VANS juga penuh lika-liku. Di bawah distributor lamanya, PT Gagan Indonesia, merek ini sempat terpuruk. Toko-toko VANS tutup pada 2017 akibat bangkrut dengan utang ratusan miliar. Penyebabnya adalah gempuran produk palsu, persaingan harga dari reseller online, dan lemahnya keterhubungan dengan komunitas lokal.

Namun, hanya beberapa bulan kemudian, VANS bangkit lagi melalui distributor baru, Navya Retail Indonesia. Strateginya jelas, yaitu membangun kembali kepercayaan konsumen lewat toko resmi di lokasi strategis, memperkuat penjualan online, serta memerangi produk palsu.

Baca Juga: Perjalanan Sukses Eddy Kusnadi Sariaatmadja Membangun Emtek Group, dari Distributor Komputer hingga Konglomerasi Media dan Teknologi

Kekuatan VANS di Indonesia terletak pada kemampuannya merangkul komunitas. Merek ini tidak hanya menjual produk, tetapi juga menjadi bagian dari gaya hidup anak muda.

Contohnya pada acara Go Skateboarding Day 2025 di Jakarta. VANS berkolaborasi dengan komunitas seperti Cengkareng Skateboarders dan Senayan Skateboarders. Bahkan, mereka menambahkan sentuhan lokal dengan “Skate Jamu Challenge” dimana skater yang gagal melakukan trik harus minum jamu, sementara yang berhasil diberi hadiah uang. Kreativitas ini menunjukkan bahwa VANS benar-benar paham budaya Indonesia dan bukan sekadar entitas komersial.

Kini, VANS memiliki lebih dari 1.000 gerai di seluruh dunia dan terus menjadi salah satu merek sneakers favorit sejajar dengan Converse. Kesuksesan ini bukan hasil kampanye iklan, melainkan dari otentisitas yang lahir dari komunitas.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Amry Nur Hidayat

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: