Kredit Foto: InJourney
Pemerintah berkomitmen dan mendorong Blue, Green, Circular Economy (BGCE) menjadi instrumen utama dalam pembangunan pariwisata berkelanjutan.
Pasalnya sebagai sektor yang memberi kontribusi besar pada pembangunan ekonomi, pariwisata juga dianggap rentan terhadap isu lingkungan dan perubahan iklim.
Baca Juga: Motor Birokrasi, Kemenko Perekonomian Kembangkan Kompetensi ASN
Sehingga bekerja sama dengan Committee for Economic and Commercial Cooperation of the Organization of Islamic Cooperation (COMCEC), Kementerian Pariwisata (Kemenpar) menyelenggarakan Workshop Internasional “Empowering Sustainable Tourism: Integrating Blue, Green, and Circular Economy (BGCE) into Tourism Operations” pada 26–28 Agustus 2025, di Pullman Jakarta Central Park, Jakarta.
“Dan adanya workshop ini menjadi upaya Kementerian Pariwisata dalam memberikan pemahaman dan pelatihan kepada para peserta tentang tata cara implementasi, berbagi praktik terbaik Blue, Green, Circular Economy dalam sektor pariwisata, serta menjalin kemitraan strategis. Sehingga nantinya bisa berdampak pada masa depan pariwisata yang lebih hijau, inklusif, dan berkelanjutan,” kata Deputi Bidang Industri dan Investasi Kemenpar Rizki Handayani Mustafa, dikutip dari siaran pers Kemenpar, Rabu (27/8).
Rizki menjelaskan komitmen pemerintah dalam menempatkan Blue, Green, Circular Economy sebagai instrumen utama dalam pembangunan pariwisata berkelanjutan, tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2025-2045 dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2029. Di dalamnya sektor pariwisata berkualitas dan berkelanjutan ditempatkan sebagai prioritas pembangunan nasional.
Indonesia juga berkomitmen untuk menurunkan emisi di bawah payung pembangunan rendah karbon dan ekonomi hijau sebagai bagian dari strategi transformasi ekonomi nasional.
Sebagaimana tertuang dalam Nationally Determined Contribution (NDC) yang diperbarui, Indonesia menargetkan pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 31,89 persen dan 43,2 persen dengan dukungan internasional pada 2030.
Selain itu, Indonesia menargetkan pengelolaan 70 persen limbah pada 2025 serta pengurangan food waste per kapita sebesar 35 persen pada 2030.
“Jadi, kami ingin pertemuan hari ini bisa mendorong BGCE tidak hanya suatu pemahaman konsep. Kita hadirkan narasumber untuk bertukar praktik pengalaman dalam penerapan keberlanjutan,” kata Rizki.
Workshop BGCE yang berlangsung selama tiga hari ini membahas prinsip-prinsip dan berbagai penerapan BGCE. Di antaranya mengangkat topik BGCE sebagai Instrumen Keberlanjutan Sektor Pariwisata di Indonesia yang dipaparkan oleh Abudarchan Rafi perwakilan dari BAPPENAS; topik Kerangka Kebijakan dan Pengalaman Industri Perhotelan dalam Memajukan Pariwisata Berkelanjutan di Turki, yang dipaparkan oleh Duta Besar Turki untuk Indonesia, Talip Küçükcan.
Ada juga pembahasan Praktik Terbaik dalam Mengadopsi dan Mengimplementasikan Langkah-Langkah Keberlanjutan di Industri Perhotelan, yang dipaparkan oleh Direktur Parongpong Raw Lab, Rendy Aditya Wachid, CEO PT. PIPA (Pran Indo Permata Abadi), Nicolas Perez, Perwakilan PT. JLL Indonesia, Prisca Winata, dan perwakilan Pullman Jakarta Central Park, Santi Permanasari.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Tag Terkait:
Advertisement