Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

IHSG Terjun Usai Sri Mulyani Lengser, Pasar Kehilangan Jangkar Fiskal

IHSG Terjun Usai Sri Mulyani Lengser, Pasar Kehilangan Jangkar Fiskal Kredit Foto: Biro KLI/Leonardus Oscar
Warta Ekonomi, Jakarta -

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok ke level 7.766 pada perdagangan Senin (8/9/2025) setelah Presiden melengserkan Sri Mulyani dari posisi Menteri Keuangan. Alhasil, reshuffle tersebut berpotensi memicu kepanikan jangka pendek dan menambah ketidakpastian arah kebijakan fiskal Indonesia, khususnya bagi pasar modal.

Pengamat Pasar Modal, Lanjar Nafi, menilai keputusan tersebut dipersepsikan sebagai hilangnya jangkar kredibilitas fiskal Indonesia. 

“Pelengseran Sri Mulyani dari posisi Menteri Keuangan akan dipersepsikan sebagai hilangnya jangkar kredibilitas fiskal Indonesia di mata investor, baik domestik maupun internasional,” ujar Nafi kepada Warta Ekonomi, Senin (8/9/2025).

Menurut Nafi, kekhawatiran utama pasar terletak pada potensi perubahan disiplin fiskal. Investor meragukan pengganti Sri Mulyani mampu mempertahankan kebijakan ketat yang selama ini menjadi fondasi kepercayaan pasar. 

“Pasar khawatir bahwa pengganti Sri Mulyani mungkin tidak memiliki komitmen atau kapasitas yang sama dalam menjaga disiplin fiskal. Kekhawatiran utamanya adalah kebijakan fiskal akan menjadi lebih longgar dan populis,” jelasnya.

Ia menambahkan, perubahan di kursi Menteri Keuangan berpotensi memengaruhi stabilitas makroekonomi Indonesia, meski risiko volatilitas rupiah dan IHSG diperkirakan tidak terlalu besar. 

“Pasar akan wait and see kepada rekam jejak Menkeu baru dan langkah-langkah kebijakan fiskal dalam menstabilkan ekonomi ke depan,” kata Nafi.

Baca Juga: IHSG Ditutup Anjlok 1,28% ke 7.766 Usai Prabowo Reshuffle Kabinet Merah Putih

Nafi juga mengingatkan besarnya tekanan politik terhadap kebijakan subsidi. Menurutnya, jika Menteri Keuangan yang baru tidak cukup kuat, risiko pelebaran defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) akan meningkat.

Sektor yang paling sensitif terhadap pergantian ini, lanjut Nafi, adalah perbankan, properti, dan konsumsi. Selain itu, arus keluar dana asing menekan nilai tukar rupiah dan Surat Berharga Negara (SBN).

Mengenai proyeksi pasar, Nafi menyebut IHSG akan berada dalam fase konsolidasi dengan tren menurun. 

“IHSG kemungkinan besar akan berada dalam fase konsolidasi dengan tren menurun (bearish consolidation). Pergerakannya akan sangat volatil, merespons setiap berita dan pernyataan dari pejabat baru,” paparnya.

Meski begitu, ia menilai gejolak pasar juga membuka peluang bagi investor jangka panjang.

“Penurunan tajam seringkali menciptakan peluang beli pada saham-saham blue chip yang fundamentalnya solid. Strategi dollar cost averaging bisa dimanfaatkan untuk momentum saat ini,” ujar Nafi.

Sebagai informasi, IHSG ditutup memerah 1,28% ke posisi Rp7.766 bertepatan dengan kocok ulang kabinet Merah Putih oleh Presiden Prabowo dan pengambilan sumpah Menteri Keuangan yang baru Purbaya Yudhi Sadewa yang merupakan Kepala Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), menggantikan Sri Mulyani Indrawati. 

Perdagangan hari ini berlangsung cukup ramai dengan volume transaksi mencapai 35,61 miliar saham senilai Rp19,28 triliun. Total frekuensi tercatat lebih dari 2,19 juta kali. Dari sisi pergerakan, mayoritas saham justru terkoreksi dengan 451 emiten melemah, 232 menguat, dan 121 stagnan.

Sebelum tekanan jual meningkat, IHSG sempat mencatat penguatan pagi hari ke level 7.923,64, dengan rentang pergerakan tertinggi 7.931,12 dan terendah 7.912,51. Saat itu, volume transaksi mencapai 799,93 juta saham dengan nilai Rp645,47 miliar dari lebih dari 60 ribu kali perdagangan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Istihanah

Advertisement

Bagikan Artikel: