Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

September Effect Bayangi Pasar, The Fed Jadi Penentu Arah Saham dan Kripto

September Effect Bayangi Pasar, The Fed Jadi Penentu Arah Saham dan Kripto Kredit Foto: Unsplash/Stanislaw Zarychta
Warta Ekonomi, Jakarta -

Fenomena September Effect kembali menghantui pasar keuangan global. Periode yang secara historis dikenal sebagai bulan terlemah bagi saham Amerika Serikat (AS) tahun ini terasa semakin tegang, sebab pada 17 September 2025 bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed), akan memutuskan arah suku bunga. Pasar memperkirakan pemangkasan sebesar 25 basis poin, namun dampaknya masih diperdebatkan.

“Bagi saham AS, efek pemangkasan tipis tersebut bisa ambigu. Jika nada dovish ikut mengiringi, sektor teknologi dan properti berpeluang memimpin reli. Namun jika pesan yang muncul justru hati-hati, investor mungkin akan mengambil aksi profit taking yang dapat membuat indeks bergerak cenderung datar atau bahkan bisa terkoreksi jangka pendek,” kata Fahmi Almuttaqin, Analyst Reku dikutip dari keterangan resmi, Kamis (11/9/2025).

Baca Juga: September Effect Tak Goyahkan Pasar Kripto, Transaksi Melejit

Sejak beberapa pekan terakhir, kinerja indeks saham memang cenderung lemah, sejalan dengan pola musiman di bulan September. Investor institusi biasanya melakukan rebalancing portofolio menjelang akhir kuartal, yang turut menekan harga saham. Kondisi ini membuat pasar semakin waspada terhadap potensi “sell the news” bila keputusan The Fed tidak sesuai ekspektasi.

Tekanan juga terasa di pasar kripto. Kapitalisasi pasar kripto global tercatat US$3,96 triliun, sedikit di bawah level 11 Agustus sebesar US$4,06 triliun. Indeks Fear & Greed berada di posisi 49 atau netral, berbeda dengan kondisi sebulan lalu di angka 70 yang menunjukkan optimisme tinggi. Meski demikian, arus dana institusional lewat ETF spot sepanjang tahun ini menjaga stabilitas, membuat Bitcoin mampu bertahan di atas US$100.000.

Baca Juga: Dari Tiga Besar Turun ke Peringkat 7, Begini Nasib Kripto RI

Menurut Fahmi, strategi investor perlu menyesuaikan kondisi. Selain investasi rutin atau Dollar Cost Averaging (DCA), investor dapat memanfaatkan instrumen seperti crypto futures dengan pengelolaan risiko ketat, termasuk penggunaan stop-loss. Aset dengan katalis kuat seperti Bitcoin dan Ethereum masih berpeluang menjadi pilihan momentum.

"Jika tren pemangkasan berlanjut, sementara Ethereum punya katalis dari penguatan ekosistem rollups dan adopsi institusional seperti tren DATs (Digital Asset Treasury companies)," jelas Fahmi.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ida Umy Rasyidah
Editor: Annisa Nurfitri

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: