SGU Terima Pertukaran Mahasiswa Jerman, Nasi Tumpeng hingga Angklung jadi Bahasa Persahabatan
Kredit Foto: Istimewa
Tidak hanya untuk belajar ilmu pengetahuan baru, pendidikan internasional menjadi cara bagi Swiss German University (SGU) untuk mempertemukan mahasiswa dengan narasi, pengalaman, dan harmoni interaksi lintas bangsa.
Sebagai pionir universitas internasional di Indonesia sejak berdirinya pada tahun 2000, SGU mengawali jejaring dengan mitra akademik di Jerman dan Swiss. Kini, kerja sama tersebut terus meluas hingga mencakup Taiwan, Jepang, dan Korea Selatan. Melalui jaringan ini, mahasiswa Indonesia memperoleh peluang untuk menimba ilmu di luar negeri, sementara mahasiswa asing turut datang untuk merasakan pengalaman studi di Indonesia.
Setiap tahunnya, belasan hingga puluhan mahasiswa asal Jerman mengikuti program pertukaran pelajar di SGU. Mereka tidak hanya mengikuti perkuliahan, tetapi juga diajak menyelami kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia.
Dari interaksi inilah tercipta momen-momen berharga yang tidak dapat diukur semata dengan angka atau sertifikat. Sebagai contoh, pada tahun 2024, para mahasiswa Jerman diajak mengunjungi Puspo Budoyo untuk mempelajari tari tradisional, membuat kain jumputan, hingga memainkan gamelan.
Di sela-sela aktivitas, hidangan nasi tumpeng disajikan sebagai kejutan. Tumpeng tidak hanya sekadar makanan, melainkan simbol kebersamaan yang mampu mengikis jarak budaya. Saat mahasiswa asing dan lokal duduk melingkar, menyendok nasi kuning dari puncak tumpeng, terciptalah bahasa persahabatan yang tidak memerlukan penerjemah. Kegiatan hari itu ditutup dengan mengenal kopi Nusantara di Ardor Coffee, di mana secangkir kopi hangat menjadi medium untuk berbagi cerita tentang tanah, tradisi, dan cita rasa Indonesia.
Cerita serupa berlanjut pada September 2025. Kali ini, pengalaman budaya berfokus pada musik angklung. Setiap mahasiswa hanya memegang satu atau dua nada, namun ketika dimainkan bersama, tercipta harmonisasi indah.
Mahasiswa juga berkesempatan membuat kerajinan tangan eco-pounding di Bengkel Kreatif Hello Indonesia, dengan memukul serat alam hingga menjadi karya seni yang sederhana namun sarat makna.
Tidak berhenti di situ, mereka diajak berkeliling Jakarta untuk mengamati landmark yang penuh dengan simbol toleransi dan nilai sejarah. Mulai dari Kemegahan Masjid Istiqlal yang berdiri di seberang Gereja Katedral, hingga Monumen Nasional yang menjulang di pusat kota.
Perjalanan ke Pecinan Jakarta memperkenalkan mereka pada jejak multikultural yang telah berakar ratusan tahun, sementara di kawasan Kota Tua, mereka menyaksikan bangunan kolonial, kerajinan wayang, serta mencicipi jamu tradisional yang merupakan warisan tak ternilai.
Dari nasi tumpeng hingga gamelan, dari angklung hingga jamu tradisional, seluruh pengalaman tersebut menjadi bahasa persahabatan yang menyatukan mahasiswa dari berbagai latar belakang. Bagi SGU, inilah hakikat pendidikan internasional yang sesungguhnya, tidak hanya terbatas pada perkuliahan di dalam kelas, tetapi juga tentang merayakan keragaman dan menumbuhkan sikap saling menghargai.
Assoc. Prof. Dr. Dipl-Ing. Samuel P. Kusumocahyo Rektor Swiss German University mengatakan bahwa SGU terus membuktikan diri bukan sekadar sebagai kampus berstandar internasional, melainkan juga sebagai jembatan yang menghubungkan Indonesia dengan dunia.
Dari ruang kelas hingga pusat kebudayaan, SGU menghadirkan pengalaman yang memastikan setiap mahasiswa, baik lokal maupun asing, pulang membawa lebih dari sekadar ilmu—tetapi juga cerita, persahabatan, dan kenangan yang melekat seumur hidup.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement