Aktivis Dorong Marriott Jadi Pemimpin Global dalam Kebijakan Telur Bebas Sangkar
Kredit Foto: Rahmat Saepulloh
Aktivis hak hewan menggelar aksi damai yang dimulai dari Bangkok hingga São Paulo menuntut perusahaan perhotelan internasional, Marriott, untuk memenuhi kebijakan penggunaan 100% telur bebas sangkar mereka.
Perusahaan tersebut berisiko tidak dapat memenuhi kebijakan telur bebas sangkarnya pada tahun 2025. Secara global, penerapan kebijakan telur bebas sangkar Marriott meningkat sekitar 20% dari tahun ke tahun, terutama di Eropa Barat, Timur Tengah, Afrika, dan Asia Pasifik. Meski telah ada perkembangan besar tersebut, mereka masih perlu meningkatkan usahanya untuk memenuhi janji mereka di Asia.
Pada 2018, Marriott mengumumkan kebijakan secara publik untuk beralih ke 100% telur bebas sangkar hingga tahun 2025. Tiga bulan menjelang tenggat waktu, namun kemajuan perusahaan dalam kebijakan bebas sangkar di Asia Tenggara baru mencapai 42,65%, yang berarti masih kurang dari separuh target yang ditetapkan.
Meskipun kemajuan signifikan telah dicapai secara global, diperlukan lebih banyak tindakan untuk memastikan Marriott memenuhi janjinya sendiri. Dengan mempercepat pemenuhan kebijakannya di Asia, Marriott tidak hanya dapat mencapai target, tetapi juga memperkuat posisinya sebagai inspirasi bagi perusahaan perhotelan lainnya.
Meskipun perkembangan yang dicapai patut diapresiasi, aktivis Act for Farmed Animals tetap menggelar aksi damai di depan Marriott Sari Pacific, mendesak Marriott agar mengejar target 100% yang masih tertinggal jauh hari ini. Tiga belas aktivis berdiri di balik podium dengan spanduk kain yang menobatkan Marriott sebagai "juara" perusahaan tidak bertanggung jawab dalam hal kesejahteraan hewan. Seratus selebaran juga dibagikan dalam interaksi dengan publik yang menunjukkan antusiasme terhadap peningkatan standar kesejahteraan hewan di industri perhotelan.
Baca Juga: Kucing Uya Kuya dan Eko Patrio Dijarah, AAUI Ingatkan Pentingnya Asuransi Hewan
"Karena Marriott dapat memenuhi komitmen bebas sangkarnya di kawasan lain, kami yakin hal serupa juga dapat dilakukan untuk wilayah Asia. Tidak ada alasan bagi konsumen di Asia untuk menerima standar yang berbeda, dan penderitaan ayam tidak mengenal batas geografis," ujar Elfha Shavira, Pimpinan Kampanye di Act for Farmed Animals, Selasa (23/9/2025).
Sejak tahun 2020, Act for Farmed Animals telah mengajak 51 perusahaan lokal dan global untuk memiliki kebijakan bebas sangkar. Hal ini mencerminkan meningkatnya permintaan konsumen dan kepedulian publik terhadap kesejahteraan hewan dan aspek etika saat menjadi konsumen di Indonesia, dengan fenomena serupa juga terlihat di berbagai negara Asia lainnya.
“Karena kesadaran akan kesejahteraan hewan semakin tinggi, konsumen di Thailand kini lebih memilih produk makanan yang lebih etis dan berwelas asih. Dengan beralih ke telur bebas sangkar 100% di wilayah Asia, Marriott tidak hanya dapat membangun kepercayaan jangka panjang dengan konsumen, tetapi juga dapat menjadi pemimpin di industri perhotelan Asia,” jelas Saneekan Rosamontri, Direktur Utama di Sinergia Animal Thailand.
Sinergia Animal juga memiliki Cage-Free Tracker, sebuah situs untuk memantau kemajuan perusahaan yang telah berkomitmen dalam bertransisi ke telur bebas sangkar.
Dalam sistem peternakan telur konvensional, ibu ayam dikurung di kandang yang tak lebih luas dari selembar kertas A4 sepanjang hidupnya dan tak bisa melakukan perilaku alamiahnya seperti merentangkan sayap, mandi debu, atau bertengger.
Bukti ilmiah menunjukkan bahwa perlakuan ini menyebabkan tekanan fisik dan psikologis yang parah, termasuk patah tulang, kerontokan bulu, dan stres kronis.
"Kemajuan Marriott di AS dan Amerika Latin menunjukkan bahwa perubahan sangatlah mungkin. Dengan memperluas kebijakan ini ke Asia, Marriott memiliki kesempatan untuk memimpin industri perhotelan secara global dengan menunjukkan welas asih dan tanggung jawab," tutup Carolina Galvani, Pendiri dan Direktur Eksekutif Sinergia Animal.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement