Kredit Foto: Azka Elfriza
OJK menyoroti tren inflasi medis di Indonesia yang lebih tinggi dibandingkan inflasi umum dan bahkan hampir dua kali lipat dari inflasi global. Dikhawatirkan, lonjakan ini memicu kenaikan biaya kesehatan dan berimbas pada peningkatan klaim asuransi.
Kepala Departemen Pengaturan dan Pengembangan Perasuransian, Penjaminan dan Dana Pensiun OJK, Retno Woelandari, menjelaskan bahwa faktor utama kenaikan inflasi medis berasal dari biaya layanan kesehatan dan ketergantungan pada bahan baku obat-obatan impor.
Baca Juga: OJK dan BlockDevId Pacu Ekosistem Blockchain Lewat Hackathon
“Dan berdasarkan data IMF yang dikutip dari Ion Global Medical Trends Report, setiap tahunnya inflasi medis setiap negara ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan inflasi pada umumnya dan inflasi medis di Indonesia hampir dua kali lipat lebih tinggi dari inflasi global. Salah satu penyebabnya adalah faktor kenaikan layanan medis dan juga bahan baku obat-obatan yang masih diimport,” ujar Retno dalam Virtual Seminar LPPI, Penguatan Ekosistem Asuransi Kesehatan Indonesia pada Jumat (26/9/2025).
Baca Juga: OJK Bidik Pekerja Informal dengan Skema Dana Pensiun Fleksibel
Retno menambahkan, peningkatan biaya kesehatan juga memengaruhi total belanja kesehatan nasional. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, belanja kesehatan pada 2023 naik 8,2% menjadi Rp614,5 triliun, dengan kontribusi terbesar berasal dari skema jaminan sosial.
Menurutnya, tren inflasi medis yang berkelanjutan akan menjadi tantangan serius bagi industri asuransi kesehatan, terutama dalam menjaga keberlanjutan usaha dan efisiensi pengelolaan risiko.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Azka Elfriza
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait:
Advertisement