Begini Cara Pemerintah Thailand Rayu Pabrikan Otomotif Dunai untuk Berinvestasi dan Bangun Pusat R&D
Kredit Foto: Reuters/Jorge Silva
Pemerintah Thailand berambisi menjadi pusat pengembangan mobil listrik di Asia Tenggara pada 2030. Untuk menunjang ambisi itu, maka satu per satu- selain manufaktur, penelitian dan pengembangan (Riset and Development- R & D) telah menjadi titik fokus untuk mempertahankan daya saing.
Contoh dengan mengundang Hyundai dan CATARC Tiongkok untuk berinvestasi dan membuka pusat Litbang, sementara gudang suku cadang baru BYD menyoroti pertumbuhan infrastruktur pendukung.
Untuk diketahui, Undang-Undang Pertanahan Thailand yang restriktif biasanya membatasi kepemilikan asing, tetapi pengecualian melalui Otoritas Kawasan Industri Thailand (IEAT) dan Dewan Investasi (BOI) memungkinkan perusahaan dengan mayoritas kepemilikan asing untuk membeli lahan di dalam kawasan yang telah disetujui.
Hak istimewa ini, khususnya di Koridor Ekonomi Timur (EEC), memberikan investor fleksibilitas regulasi dan kedekatan dengan pusat logistik dan pelabuhan.
Para pengembang telah merespons dengan mengkonsolidasikan lahan yang luas menjadi kawasan yang berfokus pada kendaraan listrik, menyederhanakan proses bagi produsen global yang ingin masuk dengan cepat dan patuh.
Untuk mencapai target 30@30, Thailand perlu memproduksi lebih dari 34 GWh baterai di dalam negeri pada tahun 2030, yang membutuhkan ruang industri dan R&D baru yang luas.
Dengan lebih dari 167.000 kendaraan listrik yang telah beroperasi pada akhir tahun 2023 — mewakili lebih dari seperempat dari target tahun 2030 sebesar 440.000 — momentum jelas sedang dibangun.
Para pengamat industri sepakat bahwa Thailand menawarkan lebih dari sekadar insentif: tenaga kerja terampil, basis otomotif yang mapan, dan pasar konsumen yang berkembang memperkuat posisinya sebagai pusat kendaraan listrik jangka panjang.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Advertisement