Ekspor Jabar Terus Moncer, Produk UMKM dan Industri Kreatif Jadi Primadona Pasar Global
Kredit Foto: Rahmat Saepulloh
Prospek ekspor Indonesia, khususnya dari Jawa Barat, kian menunjukkan tren positif. Setiap tahunnya, nilai dan volume ekspor terus meningkat, menandakan daya saing produk lokal semakin kuat di pasar global. Tidak hanya industri besar, pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) juga semakin eksis dalam mendukung laju ekspor nasional.
“Terbukti dari produk yang kita ekspor kebanyakan berasal dari sektor agrikultur, olahan, perikanan, hingga industri kreatif seperti furnitur,” ujar Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Jawa Barat, Nining Yuliastiani, Jumat (10/10/2025).
Menurut Nining, sektor perkebunan seperti kopi, kakao, dan teh juga memiliki prospek cerah di pasar internasional. Untuk itu, pemerintah daerah fokus meningkatkan kapasitas Industri Kecil dan Menengah (IKM) agar mampu bersaing di pasar global.
“Posisi kita saat ini adalah bagaimana meningkatkan kapasitas dan daya saing IKM, karena produk mereka sangat prospektif untuk dikonsumsi konsumen global,” jelasnya.
Sebagai bentuk nyata dukungan, Pemprov Jabar bersama Kementerian Perdagangan akan menggelar program inkubasi bisnis sejak awal tahun depan. Program ini akan menyasar tiga kategori IKM: potensial, berkembang, dan pemula. Melalui kegiatan ini, pelaku usaha akan dibimbing untuk meningkatkan kualitas produk sebelum mengikuti Ekspor Coaching Program (ECP).
Baca Juga: Efisien dan Transparan, Pilkades di Jawa Barat Siap Beralih ke Sistem Digital
“Setelah inkubasi, mereka akan masuk ke ECP agar memiliki akses pemasaran yang lebih luas, baik regional maupun internasional,” tambah Nining.
Tak hanya fokus pada pasar utama seperti Amerika dan Eropa, Jawa Barat juga mulai membidik pasar non-tradisional di kawasan Asia Timur, Timur Tengah, Afrika, hingga Amerika Selatan.
Melalui program “Road to West Java Export”, pemerintah daerah berupaya membuka peluang baru bagi produk unggulan seperti minyak atsiri (essential oil) dan rempah-rempah khas Jabar yang kini banyak diminati pasar global.
“Rempah dan essential oil dari Jawa Barat punya potensi besar. Sekarang tinggal bagaimana kita meningkatkan added value-nya agar bisa bersaing dan memenuhi standar negara tujuan ekspor,” tutur Nining.
Meski pada Agustus sempat tercatat sedikit penurunan volume ekspor dibanding bulan sebelumnya, secara tahunan angka ekspor Jawa Barat tetap tumbuh 3,3 persen lebih tinggi dibanding tahun lalu.
Hal ini disebabkan oleh percepatan pengiriman pada Juni–Juli 2025 untuk mengantisipasi kebijakan tarif baru dari negara tujuan.
“Ekspor ke Amerika Serikat mencapai 613 juta USD, dan masih menjadi pasar nomor satu bagi produk asal Jawa Barat,” ungkap Nining.
Ia menegaskan, seluruh produk ekspor dari Jawa Barat telah melalui proses karantina dan pengujian kualitas yang ketat, sehingga tidak ada kendala dalam distribusi ke luar negeri. Dengan dukungan pemerintah, pelatihan berkelanjutan, serta kesadaran pelaku usaha dalam menjaga mutu produk, ekspor Jawa Barat diyakini akan terus tumbuh.
Inovasi, kolaborasi, dan adaptasi terhadap kebutuhan pasar global menjadi kunci agar produk lokal mampu bertransformasi dari “buatan daerah” menjadi “kebanggaan dunia”.
Baca Juga: Soal Penataan Lingkungan Hidup, Wakil Ketua DPRD Usulkan Perda Khusus Kawasan Strategis di Jabar
“Kami pastikan seluruh produk ekspor Jabar clear, tidak ada kontaminasi, dan telah memenuhi standar internasional,” pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement