Kredit Foto: Istimewa
PT Pertamina (Persero) terus mempercepat langkah menuju energi bersih melalui berbagai terobosan di bidang biofuel dan energi terbarukan. Langkah ini menjadi bagian dari strategi besar perusahaan dalam menavigasi perubahan global energi lewat Strategi Pertumbuhan Ganda (Dual Growth Strategy).
Direktur Transformasi dan Keberlanjutan Bisnis Pertamina, Agung Wicaksono, menjelaskan hal ini dalam Panel Discussion on Renewable Energy, Biofuels, Critical Minerals, and Energy Security pada ajang Indonesia-Brazil Business Forum di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Menurutnya, strategi tersebut sejalan dengan Double Track Strategy milik Petrobras, perusahaan migas nasional Brazil. "Kedua strategi ini menekankan bahwa pengembangan bisnis low carbon harus berjalan beriringan dengan penguatan bisnis legacy atau bisnis inti yang sudah ada,” ujarnya.
Agung menuturkan, strategi ini terdiri dari dua jalur utama. Pertama, bisnis eksisting di sektor fosil seperti hulu, pengolahan kilang, distribusi, hingga penjualan BBM dan LPG. Kedua, fokus pada pengembangan energi hijau rendah karbon, termasuk pengembangan bahan bakar nabati (BBN) seperti biofuel, bioetanol, dan Sustainable Aviation Fuel (SAF).
Baca Juga: Pertamina Perkuat Ketahanan Energi Nasional, Transformasi Digital Jadi Kunci Utama
“Biofuel merupakan salah satu program transisi energi terbesar di dunia. Melalui dukungan pemerintah, Pertamina telah mengembangkan biodiesel mulai dari program B2, B5, hingga kini mencapai B40. Program ini berhasil menghemat devisa lebih dari 40 miliar dolar AS sejak tahun 2020, sekaligus membuka banyak lapangan kerja dan memberikan manfaat besar bagi lingkungan,” jelas Agung.
Selain biodiesel, Pertamina juga memproduksi Pertamax Green 95, bensin ramah lingkungan dengan kandungan 5% etanol (E5), yang kini telah tersedia di 163 SPBU di seluruh Indonesia. “Ke depan, kami menargetkan pengembangan E10, sehingga konsumsi bioetanol nasional akan meningkat,” tambahnya.
Agung juga menyoroti kesuksesan Brazil dalam memanfaatkan tebu (sugarcane) sebagai bahan baku bioetanol. "Brazil adalah contoh nyata bagaimana bioetanol dapat berhasil secara ekonomi, teknis, dan ekologis, bahkan membantu menjaga kelestarian hutan Amazon,” katanya.
Lebih lanjut, Pertamina kini tengah mengembangkan Sustainable Aviation Fuel (SAF) dari minyak jelantah sebagai bagian dari upaya ekonomi sirkular. Di Kilang Cilacap, SAF telah diproduksi melalui proses co-processing sebesar 2,5% dan diuji oleh maskapai Pelita Air untuk penerbangan Jakarta–Denpasar.
“Program ini juga menjadi bagian dari ekonomi sirkular. Masyarakat dapat menjual minyak jelantah di lebih dari 30 titik pengumpulan di SPBU. Minyak ini kemudian diolah kembali menjadi bahan bakar ramah lingkungan untuk sektor penerbangan,” tutupnya.
Forum ini digagas oleh Kadin Indonesia bersama APEX Brasil (Brazilian Trade and Investment Promotion Agency), bertepatan dengan kunjungan Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva ke Indonesia. Acara tersebut menjadi momentum penting untuk memperkuat kerja sama energi berkelanjutan antara dua negara.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Belinda Safitri
Editor: Belinda Safitri
Tag Terkait:
Advertisement