Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bursa Asia Tertekan, Pasar Saham Dibanjiri Aksi Jual Emiten Semikonduktor

Bursa Asia Tertekan, Pasar Saham Dibanjiri Aksi Jual Emiten Semikonduktor Kredit Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Warta Ekonomi, Jakarta -

Mayoritas Bursa Asia anjlok signifikan pada perdagangan di Rabu (5/11). Hal ini terjadi seiring meluasnya aksi jual global terhadap saham semikonduktor, menyusul kekhawatiran atas valuasi yang terlalu tinggi bagi sejumlah pemenang utama dari booming kecerdasan buatan (AI).

Dilansir Kamis (6/11), berikut ini adalah catatan pergerakan sejumlah indeks utama dari Bursa Asia. Hampir semua indeks mencatatkan penurunan signifikan dalam sesi kali ini:

  • Hang Seng (Hong Kong): Turun 0,07% ke 25.935,41
  • CSI 300 (China): Naik 0,19% ke 4.627,26
  • Shanghai Composite (China): Naik 0,23% ke 3.969,25
  • Nikkei 225 (Jepang): Turun 2,50% ke 50.212,27
  • Topix (Jepang): Turun 1,26% ke 3.268,29
  • Kospi (Korea Selatan): Turun 2,85% ke 4.004,42
  • Kosdaq (Korea Selatan): Turun 2,66% ke 901,89

Antusiasme terhadap akal imitasi generatif telah melanda pasar saham global sepanjang tahun ini. Hal itu menimbulkan kekhawatiran dalam investor, dengan mereka melakukan perbandingan dengan gelembung dotcom dua dekade lalu.

Koreksi terbaru ini mencerminkan meningkatnya keraguan terhadap prospek laba sektor teknologi dan kekhawatiran akan tingginya valuasi saham, terutama jika suku bunga bertahan tinggi lebih lama. Di sisi lain, sebagian investor masih terdorong oleh dorongan fear of missing out untuk kembali masuk ke pasar.

“Saya tidak akan mengatakan ini saat yang tepat untuk membeli di level bawah, sebagian besar reli sebelumnya tidak didorong oleh fundamental, jadi tidak masuk akal jika sekarang disebut saham bernilai murah,” ujar Chief Executive Officer (CEO) GAO Capital, Chauwei Yak.

Baca Juga: Bursa Eropa Menguat, Efek Optimisme Pasar Saham AS

“Tetapi jika beberapa saham teknologi besar turun 15% hingga 20%, mungkin baru bisa dipertimbangkan,” tambahnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: