Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Lonjakan Penyakit Kronis, Mampukah Keluarga Indonesia Bertahan?

Lonjakan Penyakit Kronis, Mampukah Keluarga Indonesia Bertahan? Kredit Foto: Prudential Syariah
Warta Ekonomi, Jakarta -

Lonjakan penyakit kronis menjadi ancaman serius bagi kesehatan dan ketahanan ekonomi keluarga Indonesia. Data tahun 2024 menunjukkan, jumlah kasus penyakit kronis di Indonesia naik 11% dari 29,7 juta menjadi 33 juta kasus. Artinya, satu dari tiga orang dewasa kini berisiko mengalami lebih dari satu penyakit kronis sekaligus.

Secara global, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat 41 juta kematian akibat penyakit kritis pada 2023, atau 74% dari total kematian dunia. Dari jumlah itu, 17 juta kematian terjadi sebelum usia 70 tahun, sebagian besar disebabkan penyakit kardiovaskular, kanker, gangguan pernapasan kronis, dan diabetes.

Kondisi tersebut menunjukkan bahwa penyakit kronis tidak lagi hanya menyerang usia lanjut, melainkan juga kelompok usia produktif. Dampaknya meluas, tidak hanya pada aspek kesehatan tetapi juga pada ketahanan finansial keluarga.

Baca Juga: Prudential Bayar Klaim Jumbo Rp11,6 Triliun per September 2025

Di Indonesia, tingginya biaya perawatan mendorong banyak masyarakat mencari pengobatan ke luar negeri. Setiap tahun, sekitar satu juta warga Indonesia menjalani perawatan medis di Malaysia, Singapura, Jepang, Korea Selatan, hingga Eropa dan Amerika Serikat. Biayanya tidak sedikit — misalnya, operasi jantung di Singapura dapat mencapai SG$16.000–25.000 atau sekitar Rp192 juta hingga Rp300 juta, belum termasuk kenaikan akibat inflasi medis global.

Ironisnya, survei terbaru Prudential terhadap lebih dari 4.000 responden di empat negara menemukan bahwa 9 dari 10 orang Indonesia menunda pengobatan meski sudah mengetahui kondisi kesehatannya. Sebanyak 44% mengaku kerap menunda perawatan karena keterbatasan biaya, kurangnya informasi, dan tanggung jawab keluarga. Penundaan ini sering berujung pada memburuknya kondisi dan meningkatnya biaya pengobatan.

Padahal, deteksi dini terbukti meningkatkan peluang kesembuhan. Dalam kasus kanker, misalnya, tingkat kesembuhan dapat mencapai 90% bila diketahui sejak tahap awal.

Dampak finansial akibat penyakit kronis juga tidak dapat diabaikan. Ketika pencari nafkah jatuh sakit dan kehilangan kemampuan bekerja, pendapatan keluarga berkurang drastis. Tabungan terkuras untuk biaya medis, bahkan sering kali memaksa keluarga memangkas kebutuhan lain seperti pendidikan anak.

Dalam konteks ini, kesadaran akan pentingnya perlindungan finansial dan kesehatan sejak dini menjadi semakin mendesak. “Risiko bisa datang kapan saja dan di mana saja. Karena itu, penting memiliki proteksi syariah selagi sehat. Perlindungan bukan lagi pilihan, tetapi kebutuhan mendasar agar keluarga Indonesia dapat menjalani hidup dan masa depan dengan lebih tenang,” ujar Vivin Arbianti Gautama, Chief Customer Marketing Officer Prudential Syariah, dalam Insightful Talkshow bertema Protecting What Matters Most: Your Health, Your Future, Your Legacy di Jawa Pos Health and Lifestyle Expo 2025.

Sebagai bagian dari komitmen tersebut, Prudential Syariah memperkenalkan PRUCritical Amanah (PCA), produk perlindungan penyakit kritis berbasis syariah yang memberikan manfaat sejak tahap awal diagnosis. Melalui semangat Lebih Awal Lebih Tenang, produk ini menawarkan tiga manfaat utama, yakni perlindungan komprehensif sejak tahap awal, pembebasan kontribusi sejak terdiagnosis penyakit tahap awal, dan manfaat akhir kepesertaan hingga 100% santunan asuransi (untuk plan plus).

Baca Juga: Prudential Syariah dan NU Care Bekali Santri dengan Literasi Keuangan Syariah

“Manfaat perlindungan tahap awal memberikan santunan hingga 25% atau maksimum Rp1 miliar, serta pembebasan sisa kontribusi setelah klaim disetujui. Dengan demikian, peserta dapat fokus pada proses pemulihan,” jelas Vivin.

Sisa santunan akan diberikan jika peserta mengalami penyakit tahap akhir atau meninggal dunia. Untuk plan plus, peserta juga menerima manfaat akhir kepesertaan hingga 100% santunan asuransi saat berusia 85 tahun.

Melalui inovasi ini, Prudential Syariah mendorong peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesiapan menghadapi risiko penyakit kritis. “Dengan proteksi yang tepat, keluarga Indonesia bisa hidup lebih tenang, fokus mengejar mimpi, dan meninggalkan warisan berharga bagi generasi berikutnya,” ujar Vivin menegaskan.

Dengan meningkatnya prevalensi penyakit kronis di Indonesia, perlindungan kesehatan dan finansial bukan lagi sekadar pilihan, melainkan langkah strategis untuk menjaga masa depan keluarga di tengah ketidakpastian.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: