Transmisi Penurunan Suku Bunga Kredit Mulai Menguat, Citi Nilai Likuiditas Perbankan Masih Solid
Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Citi Indonesia menilai proses transmisi penurunan suku bunga kredit di perbankan nasional mulai menunjukkan perbaikan, seiring kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) yang telah menurunkan suku bunga acuan sebesar 150 basis poin sejak 2024.
Di saat yang sama, bank memastikan kondisi likuiditas industri masih kuat, termasuk likuiditas valas yang tetap memadai.
CEO Citi Indonesia, Batara Sianturi, mengatakan elastisitas penurunan suku bunga kredit terus bergerak positif.
Dari total penurunan BI rate sebesar 150 basis poin, pemerintah menargetkan sekitar 30% atau 45 basis poin tercermin pada penurunan suku bunga kredit perbankan.
“Per September, suku bunga kredit baru turun sekitar 10 basis poin, namun kini sudah naik menjadi 18 basis poin. Ini menunjukkan arah yang positif dan mulai mendekati target 30%,” ujar Batara dalam paparan kinerja, dikutip Rabu (19/11/2025).
Baca Juga: Citi Indonesia Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Sentuh 5,3% di 2026
Batara menjelaskan bahwa perbaikan transmisi tersebut didorong oleh kondisi likuiditas yang terjaga, serta tren penurunan biaya dana yang diperkirakan berlanjut seiring siklus penurunan suku bunga global. Bank Indonesia dijadwalkan menetapkan kebijakan suku bunga terbaru dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) besok.
Dalam kesempatan yang sama, Batara menegaskan likuiditas perbankan nasional berada pada level yang sehat. Loan to Deposit Ratio (LDR) untuk rupiah tercatat sekitar 91%, sementara LDR valas berada di sekitar 73%, menandakan kecukupan likuiditas baik dari sisi rupiah maupun dolar.
Ia juga menepis anggapan bahwa bank perlu menaikkan bunga deposito dolar untuk menarik dana luar negeri milik nasabah Indonesia.
Baca Juga: Laba Citi Indonesia Naik Rp2,3 Triliun pada Kuartal III 2025
“Untuk foreign currency liquidity, LDR kami berada di sekitar 63%, artinya tidak ada keketatan likuiditas dolar. Karena fokus Citi adalah institutional banking, kami juga tidak melakukan kenaikan suku bunga deposito USD,” kata Batara.
Menurutnya, pergerakan dana asing maupun dana pihak ketiga valas lebih banyak dipengaruhi kondisi pasar global, termasuk potensi penurunan suku bunga The Federal Reserve pada Desember, Januari, dan Maret mendatang. Penurunan itu dinilai akan mengurangi tekanan pada suku bunga deposito dolar di Indonesia.
Menurut Citi, kombinasi transmisi suku bunga yang membaik dan likuiditas yang solid membuka ruang bagi perbankan untuk meningkatkan penyaluran kredit secara lebih agresif pada 2026, sejalan dengan mulai pulihnya permintaan pembiayaan dari sektor korporasi dan multinasional.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait:
Advertisement