Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

JPMorgan Prediksi IHSG Bisa Lompa ke 10.000

JPMorgan Prediksi IHSG Bisa Lompa ke 10.000 Kredit Foto: Uswah Hasanah
Warta Ekonomi, Jakarta -

Prospek penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada 2026 dinilai semakin solid seiring proyeksi peran strategis Danantara dalam pengalokasian modal nasional. Dalam laporan Indonesia Equity 2026 Outlook, JPMorgan memperkirakan IHSG berpeluang bergerak menuju level tertinggi sepanjang sejarah, dengan skenario optimistis di 10.000 pada tahun depan.

Tim riset JPMorgan, Henry Wibowo, menyebutkan bahwa prospek pasar Indonesia terlihat lebih positif tahun depan. Proyeksi ini bertumpu pada ekspektasi percepatan belanja pemerintah, stabilitas makroekonomi, serta eksekusi Danantara yang dinilai mampu mengubah struktur pendanaan nasional.

“Kami melihat prospek yang lebih positif untuk pasar saham Indonesia pada 2026,” tulis laporan tersebut.

Baca Juga: IHSG Ditutup Terkoreksi Tipis ke 8.611, Saham IPOL, PGUN dan TALF Huni Top Losers

JPMorgan menempatkan target dasar IHSG di 9.100 pada akhir 2026, dengan asumsi pertumbuhan laba emiten sebesar 8% dan valuasi 15 kali earnings multiple. Target bull berada di 10.000, sedangkan skenario negatif diperkirakan di 7.800. Untuk indeks MXID, target dasar berada di 7.200 dengan rentang 6.000–7.500.

Di sisi makro, JPMorgan menilai kebijakan moneter akan tetap longgar sepanjang 2026. Pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia sebesar 50 basis poin diperkirakan mendorong perbaikan likuiditas pasar. Lembaga tersebut juga memproyeksikan defisit transaksi berjalan bertahan di bawah 1% dari PDB. Namun volatilitas rupiah disebut menjadi salah satu risiko yang dapat mempengaruhi arus modal dan kepercayaan investor.

Salah satu faktor yang disorot adalah struktur Danantara sebagai superholding investasi negara. JPMorgan menilai pengelompokan entitas menjadi BPI Danantara sebagai holding, DAM sebagai pengelola aset, serta DIM sebagai pengelola investasi menciptakan fondasi institusional yang lebih terstruktur. “Pemisahan fungsi belanja publik dan pencapaian profitabilitas pada perusahaan negara menjadi elemen yang krusial,” tulis JPMorgan.

Dengan mandat yang tidak secara langsung membebani APBN, Danantara dinilai memiliki ruang pendanaan lebih luas melalui akses ke pembiayaan eksternal. Fleksibilitas tersebut diproyeksikan memungkinkan lembaga ini menyalurkan belanja strategis pemerintah sekaligus memperluas investasi di berbagai sektor prioritas. JPMorgan menilai eksekusi alokasi modal yang agresif pada semester pertama 2026 berpotensi menjadi titik balik bagi rerating valuasi pasar.

Baca Juga: Asing Net Buy Rp3,15 Triliun Kala IHSG Cetak Rekor, 10 Saham Ini Diborong

Sementara itu, dinamika investor ritel tetap menjadi faktor penting. Partisipasi ritel sepanjang paruh kedua 2025 mencapai level tertinggi sejak masa pandemi 2020, didorong minat terhadap saham emiten konglomerasi dan konstituen indeks utama. JPMorgan memperkirakan aktivitas ritel masih kuat hingga semester pertama 2026, meskipun berpotensi melambat menjelang penerapan definisi Adjusted Free Float baru dari MSCI pada Mei 2026.

Dari sisi investor institusi, arus modal diperkirakan meningkat stabil. JPMorgan mencatat munculnya mandat investasi baru dari Danantara serta penyesuaian alokasi aset dana pensiun dan lembaga jaminan sosial milik negara sebagai pendorong penguatan modal jangka panjang di pasar saham Indonesia.

Dengan kombinasi stabilitas makro, dukungan kebijakan, serta restrukturisasi kelembagaan melalui Danantara, pasar saham Indonesia dinilai memiliki peluang memperkuat momentum pertumbuhan pada 2026, bergantung pada arah likuiditas global dan eksekusi program investasi nasional.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: