Kredit Foto: Sufri Yuliardi
PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST), pengelola jaringan KFC dan Taco Bell di Indonesia, memasuki fase pertumbuhan baru setelah mendapatkan dukungan strategis dari PT Shankara Fortuna Nusantara (SFN).
Masuknya SFN sebagai pemegang saham di Jagonya Ayam Indonesia sekitar 35 persen dinilai mendorong percepatan pemulihan kinerja sekaligus memperkuat arah ekspansi perusahaan.
Dukungan pemegang saham lama—Grup Gelael dan Grup Salim—tetap menjadi fondasi penting dalam pergeseran strategi ini.
Analis Samuel Sekuritas, Jonathan Guyadi, menyampaikan bahwa kolaborasi FAST dengan SFN membawa sinyal positif terhadap kesinambungan upaya restrukturisasi yang sudah berjalan sejak beberapa tahun terakhir.
Baca Juga: Pendapatan Naik 11%, PZZA Genjot Ekspansi Gerai di 2026
“Kolaborasi baru dengan PT SFN memberikan sentimen segar dan positif, sekaligus membantu memastikan keberlanjutan proses pemulihan kinerja FAST,” tulis Jonathan dalam riset yang dikutip Senin (8/12/2025).
Ia menilai konsolidasi dukungan pemegang saham menjadi faktor kunci dalam mendorong profitabilitas serta membuka ruang ekspansi yang lebih agresif.
Perusahaan menyiapkan strategi perluasan jaringan gerai melalui pembukaan dan relokasi outlet di wilayah yang selama ini belum tergarap optimal, khususnya kota tier-2 dan sejumlah kawasan hub.
Dengan komposisi industri quick service restaurant (QSR) nasional yang masih didominasi kota besar, FAST menilai pasar di kota menengah menyimpan potensi penetrasi yang signifikan.
Hingga 2024, FAST mengoperasikan 715 gerai di 36 provinsi dan 173 kota, sementara sekitar 70 persen outlet QSR nasional masih berkumpul di kota tier-1.
Untuk mengejar peluang tersebut, FAST membidik pembukaan 50 hingga 70 gerai baru setiap tahun dan menargetkan 1.000 outlet pada 2030.
Proyeksi riset menunjukkan pendapatan FAST berpeluang tumbuh rata-rata 11 persen per tahun pada 2026–2030, ditopang kenaikan produktivitas gerai serta pertumbuhan same-store sales growth (SSSG) sekitar 2 persen secara konsisten.
Pemulihan margin EBIT juga diperkirakan bergerak menuju 4 persen pada 2030, seiring efisiensi operasional, stabilisasi harga pokok, dan penempatan gerai yang lebih optimal.
Kinerja laba bersih FAST diestimasi kembali positif pada 2027 dengan rata-rata pertumbuhan tiga tahun sebesar 41,3 persen, hingga mencapai Rp302 miliar pada 2030.
Baca Juga: Triniti Dinamik (TRUE) Rancang Private Placement 757,11 Juta Saham
Selain lini bisnis utama, perseroan juga mengembangkan usaha perunggasan terpadu melalui anak usaha, yang diproyeksikan mulai beroperasi pada 2027.
Integrasi rantai pasok ayam broiler ini dinilai dapat menekan harga pokok penjualan sebesar 8–13 persen dan berpotensi memberi tambahan pendapatan sekitar Rp853 miliar pada tahun pertama operasi, dengan CAGR lima tahun mencapai 5,2 persen hingga 2032.
FAST juga berpeluang masuk dalam MSCI Small Cap Index apabila kapitalisasi pasar mampu meningkat hingga sekitar Rp4,6 triliun atau setara Rp4.800 per saham.
Meski demikian, analis tetap mencatat sejumlah risiko, seperti tekanan daya beli, ketidakpastian geopolitik yang dapat memicu boikot terhadap merek global, serta volatilitas harga bahan baku yang dapat menahan laju pemulihan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Annisa Nurfitri
Advertisement