Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bursa Asia Melemah, Investor Cermati Sinyal Kebijakan China dan Jepang

Bursa Asia Melemah, Investor Cermati Sinyal Kebijakan China dan Jepang Kredit Foto: Akbar Nugroho Gumay
Warta Ekonomi, Jakarta -

Mayoritas Bursa Asia ditutup melemah pada perdagangan di Selasa (9/12). Investor tengah berhati-hati menjelang rapat kebijakan sejumlah bank sentral global hingga kebijakan ekonomi dari China dan Jepang.

Dilansir Rabu (10/12), berikut ini adalah catatan pergerakan sejumlah indeks utama dari Bursa Asia. Bursa China menjadi sosortan dalam perdagangan kali ini:

  • Hang Seng (Hong Kong): Turun 1,29% ke 25.434,23
  • CSI 300 (China): Turun 0,51% ke 4.598,22
  • Shanghai Composite (China): Turun 0,37% ke 3.909,52
  • Nikkei 225 (Jepang): Naik 0,14% ke 50.655,10
  • Topix (Jepang): Naik 0,02% ke 3.384,92
  • Kospi (Korea Selatan): Turun 0,27% ke 4.143,55
  • Kosdaq (Korea Selatan): Naik 0,38% ke 931,35

Fokus utama pasar saham saat ini adalah rapat kebijakan terakhir dari Federal Reserve (The Fed) di 2025. Investor hampir sepenuhnya memperkirakan pemangkasan suku bunga sebesar dua puluh lima basis poin, sementara ketidakpastian terletak pada prospek kebijakan selanjutnya, termasuk kemungkinan jalur pelonggaran yang lebih dangkal pada 2026.

Analis menyebut inflasi yang masih tinggi serta keterbatasan data akibat gangguan ekonomi terbaru telah memperlebar perbedaan pandangan di The Fed. Kondisi ini membuat pembuat kebijakan lebih berhati-hati untuk berkomitmen pada siklus pelonggaran agresif. Meski demikian, pasar kini memperkirakan sekitar dua pemangkasan tambahan hingga akhir 2026.

Dari China, sentimen tertekan oleh pesan kebijakan yang penuh kehati-hatian dari pemerintahserta kekhawatiran berkelanjutan terkait perdagangan dan sektor properti.

Politbiro Partai Komunis China menegaskan rencana untuk memperluas permintaan domestik dan menerapkan kebijakan yang lebih proaktif pada 2026. Kembalinya fokus pada penyesuaian lintas-siklus menunjukkan bahwa para pemimpin menilai kondisi ekonomi saat ini cukup stabil dan tidak melihat urgensi melakukan stimulus besar-besaran.

Namun, surplus perdagangan negara tersebut yang terus meningkat berpotensi memicu ketegangan baru dengan mitra utama dan membuka kemungkinan tarif tambahan dan gesekan perdagangan sektoral sepanjang 2026.

Beijing juga dikejutkan dengan manuver dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Ia mengizinkan ekspor prosesor akal imitasi dari Nvidia H200 ke China.

Di Jepang, pasar masih mencermati dampak gempa di wilayah timur laut yang sempat memicu peringatan tsunami dan memaksa puluhan ribu warga mengungsi. Peringatan tersebut kini telah dicabut.

Baca Juga: Masuk Radar UMA, Tiga Saham Ini Masih Melaju Kencang

Analis menilai dampak langsung terhadap pasar relatif terbatas, dengan saham konstruksi dan asuransi justru menguat karena ekspektasi permintaan rekonstruksi.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: