- Home
- /
- Kabar Finansial
- /
- Bursa
Sudah Ditekan Obligasi, Wall Street Kini Diterpa Kekhawatiran Gelembung AI
Kredit Foto: Istimewa
Bursa Saham Amerika Serikat (AS) Wall Street ditutup melemah pada perdagangan di Jumat (12/12). Investor beralih keluar dari saham teknologi ke sektor lain menyusul potensi gelembung kecerdasan buatan (artificial intelligence) kembali mencuat di Negeri Paman Sam.
Dilansir dari Reuters, Senin (15/12), Indeks Nasdaq Composite turun 1,69% ke 23.195,17. S&P 500 melemah 1,07% ke 6.827,41. Sedangkan Dow Jones Industrial Average turun 0,51% ke 48.458,05.
Baca Juga: Direktur XLSmart Borong 150.000 Saham EXCL, Habiskan Dana Segini
Tekanan pasar bertambah setelah imbal hasil obligasi pemerintah naik. Kenaikan yield terjadi menyusul pernyataan sejumlah pejabat bank sentral yang menentang pemangkasan suku bunga pada pertemuan pekan ini. Para pejabat tersebut menilai inflasi masih terlalu tinggi sehingga belum layak untuk pelonggaran kebijakan moneter lebih lanjut.
Saham Broadcom anjlok setelah produsen chip tersebut memperingatkan potensi penurunan margin keuntungan di masa depan. Pernyataan itu memicu kembali kekhawatiran mengenai profitabilitas investasi besar-besaran dalam sektor akal imitasi.
Sementara Oracle juga melemah setelah perusahaan perangkat lunak komputasi awan tersebut merilis proyeksi keuangan yang lemah. Tekanan terhadap saham tersebut tetap berlanjut meskipun perusahaan membantah laporan mengenai adanya penundaan pembangunan pusat data untuk ChatGPT.
Chief Market Strategist Ameriprise, Anthony Saglimbene mengatakan investor kini bersikap lebih berhati-hati dan mulai melirik sektor defensif setelah reli pasar dalam beberapa pekan terakhir.
“Tidak mengherankan pasar mengalami aksi jual hari ini setelah dua minggu yang cukup solid,” ujar Saglimbene.
Ia menambahkan bahwa setelah mencetak rekor penutupan dan munculnya gangguan pada tema akal imitasi, investor cenderung mengalihkan dana ke sektor yang lebih defensif.
Pelaku pasar juga menanti sejumlah data ekonomi penting yang akan dirilis pekan depan, termasuk laporan nonfarm payrolls, inflasi konsumen dan penjualan ritel. Data tersebut dinilai krusial untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai kondisi ekonomi , terutama setelah penutupan sementara pemerintah menghambat rilis data resmi dari AS.
Baca Juga: Ada yang Buang 16,66 Juta Saham FOLK
“Pasar kemungkinan sedikit lebih berhati-hati menjelang rilis data-data besar pekan depan,” kata Saglimbene.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement