Kredit Foto: (Azka Elfriza)
Industri pembiayaan syariah diproyeksikan tumbuh di atas 20% pada 2026 seiring meningkatnya minat masyarakat dan perluasan model bisnis berbasis akad syariah.
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno menyatakan, laju pertumbuhan pembiayaan syariah berpotensi berlanjut meski basis industrinya masih relatif kecil dibandingkan pembiayaan konvensional. Menurutnya, capaian pertumbuhan sebelumnya menjadi pijakan untuk menjaga ekspansi pada tahun mendatang.
“Pembiayaan syariah. Kemarin 18% itu kan dimulai dari angka yang kecil. Ya kita sih masih terus tetap berharap tetap tumbuh di atas 20%,” kata Suwandi, dalam acara Indonesia Economic & Insurance Outlook 2026: “Berharap Kebijakan Fiskal akan Menjadi Pendorong Pertumbuhan Bisnis di 2026” yang digelar pada Senin, 22 Desember 2025.
Baca Juga: Pembiayaan untuk Mobil Listrik Capai Rp17,64 Triliun Tumbuh 2,7%
Ia menilai, peningkatan minat terhadap pembiayaan syariah didorong oleh karakter akad yang dinilai lebih jelas serta tingkat kepatuhan nasabah yang relatif lebih tinggi. Faktor tersebut, menurutnya, turut memengaruhi kualitas pembiayaan.
“Selama pembiayaan secara syariah ternyata orang lebih patuh,” ujarnya.
Kepatuhan nasabah tersebut dinilai berperan dalam pengelolaan risiko pembiayaan. Meski tidak memaparkan data rinci mengenai rasio pembiayaan bermasalah atau non-performing financing (NPF), Suwandi menilai risiko pembiayaan syariah relatif lebih terkendali dibandingkan pembiayaan konvensional yang menghadapi tantangan sosial di sejumlah wilayah.
Dalam kesempatan yang sama, ia menyinggung tingginya kredit bermasalah di daerah tertentu. Menurutnya, kondisi tersebut menjadi salah satu pertimbangan pelaku industri dalam menyalurkan pembiayaan.
“Satu kota yang sangat tinggi NPL-nya itu di Sukoharjo. Itu di atas 25%,” katanya, seraya menjelaskan adanya kompleksitas penagihan di wilayah dengan aktivitas kelompok bermasalah.
Baca Juga: Skema Pembiayaan dengan Tenor Panjang Kini Ditinggalkan Masyarakat
Dalam konteks tersebut, pembiayaan syariah dinilai dapat menjadi salah satu alternatif strategi mitigasi risiko. Suwandi menyebut, pelaku usaha pembiayaan kini semakin selektif dalam menentukan penyaluran pembiayaan agar kualitas portofolio tetap terjaga.
“Kalau ini kita harus milih, jangan sampai yang pecah lebih banyak daripada yang bagus,” ujarnya.
Meski prospek pertumbuhan terbuka, Suwandi menegaskan ekspansi pembiayaan syariah tetap harus disertai perencanaan yang matang. Ia menekankan pentingnya memasukkan pengembangan bisnis syariah ke dalam rencana bisnis perusahaan pembiayaan.
“Kalau mau masuk ke pembiayaan syariah sekarang apapun juga, kalau kita mau bikin satu bisnis plan, baik untuk kami maupun untuk semua industri jasa keuangan, harus ada di rencana bisnis dulu,” katanya.
Ia menambahkan, perusahaan pembiayaan masih memiliki ruang untuk menyesuaikan strategi melalui revisi rencana bisnis di tengah tahun, sepanjang tetap mengedepankan seleksi risiko dan perencanaan yang terukur.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Azka Elfriza
Editor: Annisa Nurfitri
Advertisement