WE Online, Jakarta - Peneliti dari Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) Lucius Karus menyatakan hampir sepanjang tahun 2015 kinerja DPR diwarnai dengan berita negatif.
Lembaga para legislator Senayan itu dianggap tidak memberikan kontribusi yang berarti terkait tugas dan fungsinya. DPR justru hanya menyuguhkan pemandangan akan kemalasan para anggota DPR, serta yang tak kalah 'menyebalkan' kata Lucius adalah kasus Ketua DPR Setya Novanto yang beruntun terkena pelanggaran etika.
"Nyaris 2015 kita hanya disuguhkan kasus dan kemalasan kerja para anggota DPR kerja. Sehingga, tahun pertama habis dengan perkara mereka sendiri, Peran DPR rusak di tahun pertama oleh orang seperti Novanto, di tahun pertama tenaga dan pikiran habis hanya untuk amankan Novanto," kata Lucius dalam sesi diskusi di Jakarta, Selasa (22/12/2015).
Dia memaparkan ada dua pelanggaran yang dilakukan oleh Novanto. Seharusnya, lanjut Lucius, sebagai 'komandan' lembaga DPR, Novanto memberikan teladan bagi anggotanya.
Justru sebaliknya, publik terus disuguhkan dengan pelanggaran etika Novanto. Yang pertama, kasus kunjungan Novanto cs yang menghadiri bakal capres Amerika Serikat, Donald Trump. Kedua, tentu saja, kasus 'Papa Minta Saham' yang akhirnya memaksa Novanto lengser dari DPR 1.
"Bangsa kita terlalu besar untuk dibodohi oleh orang seperti Novanto. tanpa ada putusan Mahkamah Kehormatan Dewan pun, publik tahu dia sudah bersalah," imbuhnya.
"Mempercayakan bangsa ini kepada Golkar dan Novanto, terutama Novanto masih diberi jabatan kepada Novanto adalah kebodohan," jelasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ferry Hidayat
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait:
Advertisement